SUMBAR - 10 OKTOBER 2025 - Konektivitas adalah nyawa, dan di tengah topografi Sumatera Barat yang rawan bencana, menjaga jalan nasional tetap utuh adalah sebuah perjuangan abadi. Inilah kisah perjuangan Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) Sumatera Barat yang tengah berjibaku di Kilometer 61+500 Ruas Jalan Nasional 06040, penghubung vital antara Kota Padang Panjang dan Sicincin.
Area ini, yang sempat porak-poranda akibat banjir bandang tahun lalu, menjadi titik genting di mana sebagian badan jalan telah terban—terkikis dan runtuh, mengancam setiap kendaraan yang melintas. Dalam narasi pertarungan melawan alam, pekerjaan ini bukan hanya tentang beton dan batu, melainkan tentang mengembalikan rasa aman bagi masyarakat.
Di lokasi, pemandangan dramatis tersaji. Tebing curam menjulang, langsung berhadapan dengan sungai yang arusnya pernah mengamuk. Untuk menanggulangi kerawanan ini, tim BPJN Wilayah I Sumbar, di bawah koordinasi Kepala Satker Andi Mulya Rusli, ST., MT, mengerahkan serangkaian teknik rekayasa sipil yang rumit.
Pekerjaan utama berfokus pada penguatan struktur tanah dan tebing:
1 Soil Nailing (Paku Tanah): Sekitar 900 titik "paku" baja ditanamkan ke dalam lereng. Ini adalah upaya untuk menjahit dan mengikat massa tanah, mencegahnya longsor lebih lanjut. Gambar menunjukkan para pekerja, seperti laba-laba di sarangnya, bergelantungan di tebing curam, memasang jaring dan besi penguat, sebuah pemandangan yang menunjukkan risiko tinggi pekerjaan ini.
2 Shotcrete (Penyemprotan Beton): Setelah dipaku, permukaan tebing diperkuat dengan penyemprotan beton bertekanan tinggi. Teknik ini menciptakan cangkang pelindung yang kokoh, mencegah erosi dan rembesan air yang bisa memicu keruntuhan.
3 Proteksi Kaki Lereng (Batu Krib): Di bagian bawah, tepat di tepi sungai, ekskavator kuning berukuran besar tak henti-hentinya menata batu krib, susunan batu besar untuk berfungsi sebagai perisai. Tugasnya adalah melindungi kaki lereng dari gerusan arus sungai yang kuat, memastikan fondasi tebing tidak kembali tergerus.
Medan kerja di lereng yang sangat curam menuntut tingkat kewaspadaan yang ekstrem. Noor Arias Syamsu, ST., M.Si (PPK 1.1), tidak pernah lelah mengingatkan para pekerja untuk menjadikan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK 3) sebagai nafas setiap aktivitas. Di ketinggian yang berbahaya, seutas tali dan helm keras adalah pembeda antara kehidupan dan tragedi.
Di sisi lain, pengguna jalan pun tak luput dari himbauan. Aris meminta agar setiap pengendara, khususnya yang melintasi area proyek, mengurangi kecepatan dan berhati-hati. Pembangunan ini adalah demi keselamatan bersama, dan disiplin di jalan menjadi kunci kelancaran proyek.
Bagi masyarakat pengguna jalan, khususnya para pengemudi truk yang menjadi urat nadi logistik, proyek ini adalah hadiah terindah. Salah seorang sopir truk, yang memilih identitasnya dirahasiakan, menyampaikan rasa syukurnya yang mendalam.
“Selama ini, saat melewati area ini kami mesti ekstra hati-hati, sebab rawan sekali dengan longsoran. Trauma masa lalu masih terngiang di pikiran kami,” ujarnya.
Kini, dengan melihat keseriusan BPJN Wilayah I Sumbar, ada harapan baru. Jalan ini tidak hanya akan tersambung kembali, tetapi juga akan menjadi jalur yang kokoh, menjinakkan ancaman longsor, dan mengusir rasa was-was yang selama ini menyelimuti perjalanan mereka.
BPJN Sumbar berkomitmen bahwa proyek ini adalah langkah nyata dalam meningkatkan pelayanan, memastikan mobilitas masyarakat tetap lancar dan aman di jalan nasional vital Provinsi Sumatera Barat. (And)