PADANG - 20 APRIL 2025 - Di jantung kota, tempat nadi kehidupan berdenyut paling kencang, di Simpang Masjid Raya Sumbar yang agung, ada kisah tentang senyap yang mencekam. Bukan senyap pagi buta, melainkan senyap yang merenggut irama, ketika mata-mata cahaya pengatur langkah, lampu-lampu lalu lintas yang ramah, tiba-tiba memejamkan diri. Kabel-kabel putus, perangkat pengatur yang rumit lenyap dalam gulita tangan-tangan tak bertanggung jawab.
Simpang itu pun berubah arena. Bukan lagi tarian teratur kendaraan, melainkan benang kusut kemacetan, simfoni klakson yang gusar, wajah-wajah lelah yang memantulkan cahaya lampu rem yang tak beraturan. Kegelapan di simpang itu bukan hanya hilangnya penerangan, tapi juga hilangnya ketenangan. Keluhan pun merayap, dari bisik-bisik di tepi jalan hingga gemuruh di ruang publik maya. Kota Padang merasakan denyut nadinya tersendat.
Namun, kota ini memiliki mata yang tak lelap. Keluhan itu sampai ke telinga Sang Wali Kota, Fadly Amran. Bagai pantulan cermin yang segera bertindak, arahan meluncur cepat kepada para penjaga perhubungan. Laporan mendesak disampaikan kepada para penegak hukum, kepada Polresta Padang, yang di dalamnya bernaung tim dengan nama yang menyiratkan ketajaman: Tim Klewang dari Satreskrim.
Mereka bergerak dalam senyap, meraba jejak dalam kegelapan yang ditinggalkan. Bukan sekadar mencari barang hilang, mereka mencari kembali harmoni yang dicuri. Menyatukan kepingan teka-teki, memahami motif di balik perbuatan yang mencekik urat nadi kota. Mata elang mereka menyisir, pikiran tajam mereka merangkai petunjuk.
Dan ketajaman "Klewang" itu akhirnya menembus kabut. Mereka berhasil. Para pencuri cahaya, para pengacau irama kota, berhasil diringkus. Sebuah kemenangan yang bukan hanya mengembalikan perangkat, tapi juga mengembalikan keyakinan bahwa ketertiban takkan mudah dikalahkan oleh kegelapan.
Napas lega pun terhela di Simpang Masjid Raya. Para teknisi sigap bergerak, mengganti apa yang hilang, menyambung kembali yang putus. Perlahan, mata-mata cahaya itu kembali berkedip, hijau, kuning, merah, menarikan kembali tarian yang terhenti. Belum sempurna, kata Sang Kepala Dinas Perhubungan, Ances Kurniawan, masih perlu sentuhan akhir. Namun, suluh itu telah kembali menyala.
Di tengah riuh rendah langkah kaki BOM RUN 2025, di bawah langit Padang pada Ahad itu, suara Sang Wali Kota Fadly Amran terdengar jelas, membawa getaran apresiasi yang tulus. "Terima kasih," katanya, "untuk Polresta Padang, untuk Tim Klewang. Kalian telah menjadi tangan yang mengembalikan cahaya, mengembalikan senyum kota di persimpangan yang sempat tertatih."
Kisah di Simpang Masjid Raya adalah pengingat. Tentang betapa pentingnya cahaya yang teratur, tentang betapa rapuhnya ia di hadapan niat buruk, dan tentang betapa gigihnya mereka yang berjuang mengembalikannya. Cahaya itu kini berkedip lagi, menjaga irama kota, berkat mata-mata tajam dan tangan-tangan sigap yang tak rela Padang terdiam dalam gulita. (And)