PADANG - Mentari pagi mulai menyapa garis pantai di Pantai Purus, Kota Padang, Minggu, 20 April 2025. Udara segar beraroma laut bercampur dengan energi yang membuncah dari ribuan pasang kaki yang siap mengukir jejak. Hari itu, Blue Ocean Minang (BOM) Run 2025 bukan hanya sekadar agenda tahunan, melainkan kanvas hidup yang melukiskan semangat olahraga, promosi pariwisata, dan geliat ekonomi lokal.
Hiruk pikuk di garis start menjadi potret nyata antusiasme. Tak hanya wajah-wajah familiar dari Ranah Minang, lautan manusia pagi itu juga diwarnai kehadiran para pelari dari berbagai penjuru nusantara. Mereka datang dengan motivasi beragam; ada yang mengejar catatan waktu terbaik, ada yang sekadar menikmati pengalaman berlari di tepi Samudra Hindia, namun banyak pula yang datang karena terpikat pesona Padang yang kian bersolek.
Salah satu pelari yang merasakan magnet kuat event ini adalah Army Susandi. Pria asal Jakarta ini, yang juga merupakan alumni Ikasmantri, hadir bukan hanya sebagai peserta, tetapi sebagai saksi. Raut wajahnya memancarkan kekaguman saat berbagi cerita usai menuntaskan rutenya. Bagi Army, BOM Run 2025 adalah bukti nyata bahwa olahraga bisa menjadi penggerak luar biasa.
"Ini kegiatan yang luar biasa. Saya lihat langsung bagaimana BOM Run memberikan dampak positif, baik dari sisi ekonomi maupun pariwisata," ungkap Army dengan sorot mata berbinar. Ia menambahkan, "Kota Padang punya pesona alam yang luar biasa, terutama Pantai Padang yang bersih dan tertata. Ini menunjukkan keseriusan pemerintah daerah."
Pengalamannya berlari menyusuri rute yang ikonik memberinya perspektif baru tentang Padang. Ia berharap keindahan dan kebersihan yang ia saksikan dapat menginspirasi daerah lain di Indonesia dalam mengelola potensi pariwisata mereka. Lebih dari itu, Army mengapresiasi langkah Pemerintah Kota Padang yang berhasil menjadikan event lari ini sebagai motor penggerak energi positif di tengah masyarakat.
"Mudah-mudahan Kota Padang bisa menjadi contoh dalam pengembangan pariwisata dan peningkatan ekonomi masyarakat," kata Army penuh harap. "Ini sangat indah sekali. Saya optimis, tahun 2026 BOM Run akan kembali digelar dan pastinya lebih meriah lagi." Keyakinan dan antusiasmenya adalah cerminan sukses event ini dalam menanamkan kesan mendalam.
Sebanyak 2.200 pelari dari berbagai daerah turut serta, menaklukkan tiga kategori lomba: 5K, 10K, dan 20K. Setiap langkah yang diambil bukan hanya menapaki aspal, tetapi juga menyusuri jejak sejarah di kawasan Kota Tua, mengintip gagahnya kontur Gunung Padang, sebelum akhirnya disambut gemuruh sorak sorai di garis finis, kembali di Pantai Purus yang kini terasa lebih akrab.
Namun, BOM Run tak berhenti di garis finis lari. Event ini merajut semangat komunitas melalui ragam kegiatan lain. Festival musik mengalun mengisi udara, bazar UMKM menampilkan kekayaan produk lokal, lomba dance menambah semarak, dan berbagai hiburan rakyat lainnya menciptakan suasana pesta yang hangat dan merangkul. Ini adalah bukti bahwa BOM Run adalah sebuah festival, sebuah perayaan.
Kehadiran peserta dari luar daerah, dengan kisah inspiratif seperti Army Susandi, menjadi bukti sahih bahwa BOM Run 2025 bukan hanya sekadar lomba. Ia telah menjelma menjadi magnet wisata yang kuat, simbol kolaborasi antarwilayah yang harmonis, dan penegas posisi Padang sebagai kota yang tak hanya sehat dan ramah lingkungan, tetapi juga kaya akan daya tarik dan energi positif untuk melangkah maju. Dari Pantai Purus pagi itu, denyut harapan untuk Padang yang lebih gemilang terasa begitu nyata. (And)