Lupakan sejenak perayaan HJK tahun-tahun sebelumnya yang terkesan biasa. HJK ke-356 ini menjadi panggung spektakuler yang menyaingi pertunjukan kelas dunia. GOR H. Agus Salim, yang biasanya menjadi saksi bisu pertandingan olahraga, malam itu berubah menjadi lautan manusia yang dipenuhi kegembiraan. Panggung megah dengan tata lampu gemerlap layaknya diskotek mengiringi penampilan musisi papan atas seperti grup band Armada dan sederet artis ibu kota lainnya.
Hiruk pikuk musik membahana, membuat histeris penonton yang ikut bergoyang, melupakan sejenak derita dan persoalan hidup yang mendera. Pujian meluncur deras dari bibir warga, "Luar biasa!" kata mereka. Pesta ini tak hanya terfokus di satu titik, melainkan menyebar ke seluruh penjuru kota. Ada pertunjukan selaju sampan, telong-telong, dan berbagai acara budaya lainnya yang sukses membius warga selama sepekan penuh. Kota Padang menjadi perbincangan hangat, seolah panggung hiburan dunia pindah ke ibukota Sumatra Barat.
Namun, di balik gemerlap lampu dan merdunya alunan musik, ada cerita sedih yang menyelimuti. Cerita ini bukan tentang kegembiraan, melainkan tentang kegagalan yang menambah deretan panjang kekecewaan. PSP Padang, klub kebanggaan "urang awak", kembali menelan pil pahit. Prestasi tim yang semakin terbenam di dasar jurang, kini makin terpuruk. Nama besar yang seharusnya menjadi marwah, kini seolah tinggal kenangan yang menghilang ditelan waktu.
Kenyataan pahit itu datang dari ajang Piala Soeratin 2025. Tim PSP Padang U-17 yang digadang-gadang mampu berbicara banyak, tak berdaya. Mereka bahkan tak mampu menembus babak semifinal, sebuah hasil yang memalukan bagi tim sekelas PSP Padang. Klub kampung seperti Kompak FC seolah meluluhlantakkan kebesaran nama mereka.
Nasib tak jauh berbeda juga dialami oleh PSP Padang Muda U-15. Dengan persiapan yang mepet dan seadanya, mereka hanya berbekal semangat membara. Semangat itu sempat membawa mereka hingga babak final. Namun, perjuangan itu harus berakhir tragis saat mereka takluk di tangan Josal FC, sebuah tim "kemarin sore" milik Arizal Asis, atau yang akrab disapa Ajo Sal. Kekalahan ini menjadi penutup kisah sedih yang semakin menyakitkan, meninggalkan para penggemar dengan pertanyaan besar: sampai kapan penderitaan ini akan berakhir?
Perayaan HJK Kota Padang kali ini menjadi cermin yang menunjukkan dua sisi kota. Satu sisi, kota ini mampu menyelenggarakan pesta yang megah dan menghibur, menunjukkan bahwa semangat kebersamaan dan kegembiraan masih menyala. Di sisi lain, ada pekerjaan rumah yang sangat besar di bidang olahraga, terutama sepak bola. Keberhasilan dalam menyelenggarakan acara seremonial tidak boleh melupakan pembinaan atlet dan klub yang menjadi kebanggaan. Semoga, kegagalan ini menjadi titik balik bagi PSP Padang untuk kembali bangkit, merebut kembali marwah yang telah lama hilang, dan mengukir prestasi yang sebanding dengan kemegahan pesta Hari Jadi Kota Padang.
Padang, 12 Agustus 2025
By: Andarizal