-->
  • Jelajahi

    Copyright © Portalanda
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Translate

    Iklan

    Iklan

    ASITA Sumbar Dorong Rute Padang-Kota Bharu Demi Pasar 2 Juta Jiwa

    Kamis, 16 Oktober 2025, Oktober 16, 2025 WIB Last Updated 2025-10-16T22:35:30Z

    PADANG - Di tengah ambisi Sumatera Barat (Sumbar) untuk memantapkan diri sebagai kiblat pariwisata ramah Muslim di Indonesia, sebuah gagasan strategis mengemuka. Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (ASITA) Sumbar mendesak pemerintah provinsi untuk segera mewujudkan koneksi udara langsung yang melintasi Selat Malaka: rute penerbangan dari Kota Padang menuju Kota Bharu, Kelantan, Malaysia.

    Usulan ini bukan sekadar tentang penambahan jadwal penerbangan, melainkan sebuah visi jangka panjang untuk merajut kembali ikatan sejarah, budaya, dan agama antara Ranah Minang dan Semenanjung Melayu.

    "Kelantan ini sungguh strategis," ujar Ketua ASITA Sumbar, Darmawi, dengan nada optimistis di Padang pada Selasa (14/10/2025). "Populasinya hampir dua juta jiwa dengan mayoritas Muslim. Ini adalah pasar yang sangat sejalan dengan konsep Muslim friendly tourism yang sedang kita kembangkan."


    Kelantan, dengan ibu kotanya Kota Bharu, dilihat ASITA sebagai "jendela emas" yang membuka akses tidak hanya ke wilayah timur Malaysia, tetapi juga ke bagian selatan Thailand. Kedekatannya dengan Terengganu dan Pahang di Malaysia, serta Pattani dan Narathiwat di Thailand, menjadikan Kota Bharu sebagai hub potensial untuk menarik wisatawan Muslim dari seluruh kawasan tersebut ke Padang.


    Usulan ASITA ini pun datang pada momentum yang tepat. Sumbar baru saja menorehkan prestasi gemilang dengan meraih gelar Provinsi Terbaik Kedua secara Nasional dalam pengembangan destinasi pariwisata ramah Muslim pada ajang Indonesia Muslim Travel Index (IMTI) 2025. Penghargaan ini adalah pengakuan atas komitmen teguh Pemerintah Provinsi dalam membangun ekosistem wisata berbasis syariah yang berkelanjutan. Dengan fondasi yang sudah kuat, yang dibutuhkan kini adalah jembatan fisik, dan jembatan tercepat itu adalah jalur udara.


    Namun, potensi rute ini melampaui sekadar pariwisata. Darmawi menyoroti konsep yang tak kalah menjanjikan: edu-tourism atau wisata edukasi.


    "Potensinya besar, bukan hanya pariwisata, tapi juga edu-tourism," tegasnya.


    Dengan terbukanya jalur Padang-Kota Bharu, ASITA berharap arus pelajar dan mahasiswa dari Kelantan, Pattani, dan wilayah serumpun lainnya akan meningkat tajam untuk menempuh pendidikan di perguruan tinggi Kota Padang. Arus masuk pelajar internasional ini akan menciptakan dampak ekonomi jangka panjang yang stabil, jauh melampaui fluktuasi musiman dari pariwisata biasa—mulai dari biaya hidup, sewa tempat tinggal, hingga perputaran uang di sektor jasa.


    Demi mewujudkan impian ini, ASITA bahkan berharap Gubernur Sumbar dapat mengambil langkah diplomatik yang proaktif. "ASITA siap memfasilitasi. Kami berharap Gubernur dapat menjalin komunikasi langsung dengan Gubernur Pattani dan Sultan Kelantan untuk membuka peluang kerja sama ini," pinta Darmawi.


    Pada akhirnya, Darmawi menegaskan bahwa pariwisata adalah sektor yang membawa manfaat nyata dan instan bagi perekonomian lokal. Ia mengajak seluruh pemangku kebijakan dan masyarakat untuk memberikan perhatian lebih pada upaya ini.


    "Wisatawan yang datang ke Sumbar bukan cuma bawa cerita," pungkasnya. "Tapi mereka juga berkontribusi besar terhadap peningkatan pendapatan asli daerah dan pertumbuhan ekonomi kita. Membuka rute ini adalah investasi masa depan Sumbar."


    Maka, kini bola ada di tangan Pemerintah Provinsi. Akankah visi strategis ASITA ini segera terwujud, membuka lembaran baru konektivitas yang kuat antara Ranah Minang dan negeri jiran, sekaligus memantapkan posisi Sumbar sebagai destinasi Muslim friendly terkemuka di Asia Tenggara? Waktu dan komunikasi diplomatik yang intensif akan menjawabnya. (And) 

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini