Senyum Bangga Sang Adik, Momen Haru Orang Tua: Potret Kebahagiaan Keluarga di Wisuda Unand

PADANG - Udara pagi di Kampus Limau Manis Universitas Andalas terasa lebih dari sekadar sejuk. Di dalam Gedung Plaza FMIPA, Sabtu, 3 Mei 2025, ratusan hati berdegup menanti momen sakral. Namun, di antara lautan toga dan senyum bangga, ada satu sosok yang memancarkan aura istimewa, bukan hanya karena gelar sarjana yang baru diraih, tetapi karena sentuhan cinta yang membalutnya.

Ia adalah Ayu Sarah Annisa, yang pagi itu tampil begitu menawan dalam balutan riasan khas Minang. Riasan itu bukanlah hasil polesan sembarang tangan, melainkan karya penuh kasih dari tangan piawai sang ibunda, Mesayu Shinta Rossana, yang akrab disapa Bunda Shinta. Sejak subuh, di sebuah kamar kost sederhana di Jalan Pedati, Gang Syembada, milik Ibu Eka Murni yang telah menganggap Ayu seperti anak sendiri, Bunda Shinta dengan telaten mengukir keindahan di wajah putrinya, seolah merapal doa dan harapan di setiap sapuan kuasnya.

Bunda Shinta, yang kesehariannya bergelut dengan keindahan di salon dan pelaminannya di Pariaman, hari itu mendedikasikan seluruh kepiawaian dan cintanya hanya untuk Ayu. Momen ini lebih dari sekadar merias; ini adalah penanda sebuah perjalanan panjang, pengorbanan, dan dukungan tak terputus yang berpuncak pada hari istimewa ini.

Kebahagiaan keluarga ini semakin lengkap ketika Dekan FMIPA, Prof. Dr. Mai Efdi, M.Si., secara khusus memanggil nama orang tua Ayu, Bapak Afridon dan Ibu Mesayu Shinta Rossana, untuk ikut serta dalam prosesi penyerahan ijazah. Sebuah gestur penghargaan yang tak ternilai, mengakui bahwa kesuksesan akademik Ayu adalah buah dari peran dan perjuangan keluarga.

Di sudut ruangan, ada mata lain yang berkaca-kaca penuh kebanggaan. Adiknya, Aisyah Zahra Amelia, siswi kelas II SMK 2 Kota Pariaman jurusan Kuliner, tak henti menatap takjub pada sang kakak yang berhasil menaklukkan Jurusan Fisika—bidang ilmu yang terkenal sulit, bahkan hanya meluluskan 11 orang wisudawan dalam angkatan ini. "Fisika itu beda, hanya orang-orang tertentu yang mampu," ujar Ayu Sarah dengan senyum haru, seolah merangkum perjalanan menantang yang telah dilaluinya.

Namun, di balik pencapaian akademik yang gemilang itu, tersimpan kisah tentang pondasi kuat yang dibangun sejak kecil oleh orang tua mereka. Zahra berbagi rahasia yang menyentuh hati: di rumah, disiplin adalah denyut nadi kehidupan. Tak ada cerita main HP sembarangan yang menggerogoti waktu. Sejak kecil, mereka dibiasakan bangun subuh, melangkahkan kaki bersama menuju Masjid Badano untuk salat berjamaah, dilanjutkan mengaji, dan menyetorkan hafalan kepada ustazah.

"Pagi-pagi sudah mandi, sarapan nasi goreng telur mata sapi yang selalu disiapkan Ibu, dan langsung beraktivitas," cerita Zahra dengan senyum bangga. "Itu sudah jadi kebiasaan kami." Sebuah kebiasaan sederhana, namun menyimpan kekuatan luar biasa—rutinitas yang menanamkan nilai disiplin, ketaatan beragama, dan etos kerja yang kini berbuah manis.

Wisuda Ayu Sarah Annisa, S.Si., hari itu bukan semata seremonial pemberian ijazah. Ia adalah simbol nyata dari sebuah perjuangan, penolakan terhadap kemudahan, ketaatan pada nilai-nilai luhur, dan yang terpenting, kekuatan cinta serta dukungan tak bersyarat dari sebuah keluarga. Di balik senyum sarjana itu, tersimpan untaian doa panjang sang bunda, tetesan keringat sang ayah, dan janji-janji subuh yang mereka tanamkan.

Selamat, Ayu Sarah Annisa, S.Si. Semoga langkahmu selanjutnya semakin cemerlang, membawa kebaikan dan kebermanfaatan, berbekal ilmu Fisika dan pondasi akhlak yang telah tertanam kuat. (And) 


Topik Terkait

Baca Juga :