ASAM JUJUHAN, DHARMASRAYA - 2 AGUSTUS 2025 - Kehadiran seorang pemimpin sering kali dibalut oleh agenda formal, protokol ketat, dan sorotan media yang terencana. Baru-baru ini pada Kamis siang itu, di sebuah sudut tersembunyi di tepian Batang Asam, semua tradisi itu ditiadakan. Di sanalah, sebuah sore yang tak terduga menciptakan kenangan yang akan abadi.
Setelah dua hari penuh dengan aktivitas tanpa henti, termasuk menghadiri seremoni pelepasliaran Harimau Sumatera bersama tokoh-tokoh penting seperti Hasyim Djoyohadikusumo dan Menteri Kehutanan Raja Juli Antony, Bupati Dharmasraya, Annisa Suci Ramadhani, sejatinya bisa saja langsung pulang ke Pulau Punjung. Keletihan tampak jelas, namun hati sang pemimpin justru membimbingnya ke arah lain.
"Saya ingin singgah sebentar," ujarnya, sebuah keputusan spontan yang mengubah arah rombongan. Tujuannya, sebuah nagari kecil bernama Alahan Nan Tigo, di Kecamatan Asam Jujuhan.
Perjalanan menuju nagari itu tidaklah mudah. Jalanan perkebunan yang berdebu dan lanskap yang berubah akibat replanting membuat arah tersamar. Bahkan para pejabat yang pernah bertugas di wilayah ini, seperti Kepala Dinas PMPTSP, Naldi, dan Kabid IKP, Amrijal, sempat kebingungan. Namun, suasana berubah tenang ketika Wali Nagari Ismed Suhendro datang menjemput, menjadi penunjuk jalan yang membawa mereka menuju sebuah sudut damai bernama Lubuk Malintang.
Sesampainya di sana, di tepi sungai yang airnya bening mengalir di antara bebatuan, pemandangan yang menyambut adalah sebuah narasi tentang kebersamaan yang tulus. Anak-anak berkumpul di tepian sungai, dan para warga telah menunggu dengan wajah penuh harap. Ini bukan destinasi wisata yang dipromosikan; ini adalah jantung sebuah komunitas.
Dengan langkah ringan, Bupati Annisa turun dari mobil. Senyumnya menyapa satu per satu warga. Tanpa ragu, ia melebur dalam kehangatan, duduk di bangku plastik yang sederhana. Ia masih mengenakan pakaian formal dari acara sebelumnya, namun kebersahajaannya mengikis segala sekat. Di hadapannya, terhidang kopi kampung dan pisang goreng olahan warga.
"Cantik nian, ternyata aslinya lebih dari yang di Facebook," bisik seorang remaja putri kepada temannya, sebuah gumaman yang jujur dan mengundang tawa kecil, sambil menggenggam ponselnya untuk berswafoto. Di sana, tak ada jarak. Hanya kehadiran yang tulus, disambut oleh kerinduan yang selama ini mungkin terpendam.
Obrolan pun mengalir, ringan dan alami. Tentang anak-anak yang mandi di lubuk, tentang ayunan dari tali di pohon besar, tentang rutinitas warga bersama kebun-kebun sawit mereka. Di tengah percakapan itu, Bupati Annisa berbagi perasaannya dengan tulus. "Saya senang bisa duduk bersama warga di tempat seindah ini. Sederhana tapi hangat. Warganya ramah, dan sungguh terasa rasa saling peduli di sini."
Banyak warga mengaku baru pertama kali melihat pemimpin daerahnya dari dekat. Seorang bapak paruh baya mengungkapkan kegembiraannya, "Biasanya kami cuma lihat beliau di layar hape. Tapi hari ini kami lihat langsung, dan ternyata ramah."
Camat Asam Jujuhan, Darul Khutni, menegaskan bahwa kunjungan ini sama sekali tidak direncanakan. "Tidak ada agenda resmi, tidak ada persiapan. Ini keputusan spontan beliau," ujarnya.
Bupati Annisa tidak datang untuk menyampaikan program atau menjanjikan apa-apa. Namun, dari sikap dan tutur katanya, warga menangkap pesan yang jauh lebih penting: bahwa mereka dilihat, dihargai, dan dianggap penting.
Pertemuan itu hanya berlangsung satu jam. Waktu yang singkat, namun cukup untuk meninggalkan kesan mendalam. Ketika rombongan pamit, anak-anak berlarian sambil melambaikan tangan, ibu-ibu tersenyum sambil menatap layar ponsel mereka, dan para tokoh kampung mengantar kepulangan bupati dengan ucapan terima kasih yang tulus.
Tidak ada seremoni. Tidak ada panggung. Yang ada hanyalah makna kuat dari seorang pemimpin yang datang bukan untuk didengarkan, melainkan untuk mendengar. Di pinggir sungai yang menenangkan itu, tercipta satu sore yang akan selalu dikenang. Bukan karena agenda besar, melainkan karena kesederhanaan yang menyentuh bersama Bupati Annisa. (And/Adi k)