-->
  • Jelajahi

    Copyright © Portalanda
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Padang Kembali Macet: Pagi di Khatib Sulaiman, Sore di By Pass—Antrean BBM Jadi Horor Kota

    Kamis, 23 Oktober 2025, Oktober 23, 2025 WIB Last Updated 2025-10-23T11:06:34Z

    PADANG - 23 OKTOBER 2025 – Beberapa hari belakangan, pemandangan yang sama terus berulang di sejumlah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) di Sumatera Barat (Sumbar). Antrean panjang kendaraan, didominasi oleh truk-truk besar, terlihat mengular, tidak hanya di ibu kota Padang tetapi juga meluas hingga ke Padang Pariaman, Pasaman, dan wilayah lainnya. Di balik deretan kendaraan yang memanjang itu, tersimpan kisah dan keluhan dari berbagai pihak yang merasakan dampak langsung dari kondisi yang diduga kuat dipicu oleh kelangkaan Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi, terutama jenis Bio Solar.

    Salah satu titik terparah terekam pada sore hari, Kamis, 23 Oktober 2025, pukul 16:36 WIB, di SPBU yang berlokasi di Jl. By Pass No. Km. 7, Pisang, Kec. Pauh, Kota Padang. Di sana, antrean truk tidak hanya sekadar panjang, namun sudah secara nyata memakan badan jalan utama. Truk-truk hijau dengan terpal hitam berjejer rapat, meninggalkan sedikit sekali ruang bagi kendaraan lain untuk melintas.


    Kekhawatiran akan potensi kecelakaan lalu lintas adalah hal yang paling mendesak. "Antrean truk ini sudah memakan badan jalan yang dikhawatirkan bisa menimbulkan kecelakaan," demikian isi laporan di lapangan. Jalanan yang seharusnya lancar bagi mobilitas barang dan jasa terpaksa tersendat oleh harapan para sopir untuk mengisi tangki mereka.

    Pemandangan serupa juga terjadi pada pagi hari, Senin, 20 Oktober 2025, pukul 07:47 WIB, di lokasi strategis lain, yakni SPBU di Jl. Khatib Sulaiman No.48, Ulak Karang Utara, Kec. Padang Utara. Di tengah hiruk pikuk jam kerja, deretan mobil pribadi dan truk saling berimpitan, sebuah indikasi nyata bahwa masalah kelangkaan ini tidak mengenal waktu baik pagi maupun sore.


    Dampak dari antrean panjang ini ternyata meluas, tidak hanya menyentuh sektor transportasi, tetapi juga perekonomian mikro di sekitar SPBU. Para pemilik kios atau toko yang berdekatan dengan area antrean menyuarakan keluhan yang sama dengan nada frustrasi.


    "Kondisi ini telah terjadi berulang kali, antrian truk-truk yang panjang menghalangi ruang pandang kami dan calon pembeli," ujar salah seorang warga yang memiliki usaha di dekat SPBU, yang meminta agar inisialnya tidak disebut, pada Minggu (19/10/2025).


    Pedagang lain menambahkan, antrean kendaraan berat telah merenggut hak mereka atas bahu jalan yang biasa dijadikan areal parkir. "Kondisi ini turut berdampak pada kami yang berjualan, pembeli enggan masuk, karena bahu jalan yang bisa dipakai oleh pembeli sebagai areal parkir telah dipenuhi oleh jejeran truk-truk yang antri," tambahnya. Bagi mereka, antrean BBM adalah penghalang rezeki yang membuat roda ekonomi kecil mereka terhenti.


    Di sisi lain, para sopir truk yang menjadi aktor utama dalam antrean tersebut juga merasakan kerugian dan kepedihan yang mendalam. Mereka bukan hanya menanggung waktu tunggu yang lama, tetapi juga sadar akan dampak yang mereka timbulkan.


    "Dampak kelangkaan BBM ini tidak saja merugikan kami penggiat transportasi, tapi juga masyarakat lain seperti pemilik toko/kios yang berada di sekeliling SPBU, truk-truk yang antri telah menghalangi rejeki mereka... kami menyadari hal itu," terang Samsul (42), salah seorang sopir truk warga Lubeg, mewakili rekan-rekannya.


    Samsul dan rekan-rekan sopir lainnya berharap kepada pihak yang berwenang, khususnya Forkopimda, untuk segera melakukan investigasi secara mendalam terkait kelangkaan BBM bersubsidi ini. Mereka menduga ada ketidakberesan di balik menipisnya pasokan, yang membuat aktivitas transportasi terhambat dan merugikan banyak pihak.


    Informasi di tingkat provinsi menunjukkan bahwa akar masalah utama adalah ketidakcukupan kuota Bio Solar bersubsidi. Menanggapi situasi yang meresahkan ini, Pemerintah Provinsi Sumatera Barat telah berupaya keras bahkan, Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas) telah menyetujui penambahan kuota Bio Solar sekitar 70.000 Kiloliter, efektif mulai awal Oktober 2025, sehingga total kuota menjadi sekitar 566.000 Kiloliter.


    Namun, fakta di lapangan pada pertengahan Oktober ini menunjukkan meskipun keputusan penambahan kuota sudah terbit, implementasi di lapangan belum sepenuhnya mulus. Antrean masih mengular, mengisyaratkan bahwa distribusi pasokan tambahan ke SPBU-SPBU belum merata atau bahkan ada potensi permainan yang menghalangi BBM bersubsidi mencapai tangan konsumen yang berhak.


    Kisah antrean panjang di Sumbar adalah cerita tentang logistik yang tersendat, ekonomi lokal yang terancam, dan harapan masyarakat akan pasokan energi yang stabil. Seluruh mata kini tertuju pada hasil investigasi dan langkah nyata dari pihak Pertamina dan pemerintah daerah untuk memastikan kuota yang telah ditambah dapat terdistribusi dengan baik, demi mengurai antrean yang tak kunjung berujung.


    Penulis : Andarizal

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini