SUMBAR – 8 Mei 2025 – Salah satu ikon pariwisata Sumatera Barat, Kelok 9, yang tak hanya dikenal karena kemegahan infrastruktur jembatannya namun juga aktivitas masyarakat di sekitarnya, menjadi sorotan utama dalam sebuah Forum Group Discussion (FGD) yang digelar hari ini. Kepala Dinas Bina Marga, Cipta Karya, dan Tata Ruang (BMCKTR) Provinsi Sumatera Barat, Dr. Ir. Era Sukma Munaf, S.T., M.M, turut hadir langsung memimpin jalannya diskusi strategis ini.
Bertempat di Aula Hotel Shago Bungsu, Tanjong Pati, Kecamatan Harau, Kabupaten Lima Puluh Kota, kegiatan ini menjadi langkah awal yang penting dalam merumuskan cetak biru pengembangan dan penataan kawasan Kelok 9 secara komprehensif. Kepala Dinas Era Sukma Munaf hadir didampingi oleh Kepala Bidang Cipta Karya dan Kepala UPTD Wilayah II BMCKTR, menunjukkan keseriusan pemerintah provinsi dalam menggarap rencana ini.
Dalam paparannya, Era Sukma Munaf menegaskan urgensi dari penataan ini. Menurutnya, Kelok 9 bukan hanya berfungsi sebagai jalur penghubung antar provinsi, tetapi telah menjelma menjadi daya tarik wisata dan pusat kegiatan ekonomi bagi warga sekitar. "Forum ini bertujuan untuk merumuskan langkah strategis dalam penataan kawasan Kelok 9 sebagai salah satu ikon pariwisata dan pusat aktivitas masyarakat," ujar Era Sukma, menekankan pentingnya perencanaan yang matang agar potensi Kelok 9 dapat dimaksimalkan secara berkelanjutan.
Suasana diskusi dalam FGD ini terasa hidup dan kolaboratif, mengingat beragamnya latar belakang peserta yang hadir. Forum ini mempertemukan berbagai pemangku kepentingan, mulai dari unsur pemerintah daerah terkait, para tokoh masyarakat yang memahami kearifan lokal, perwakilan langsung dari para pedagang yang selama ini menggantungkan mata pencaharian di sekitar Kelok 9, hingga tim konsultan perencana yang akan menuangkan gagasan menjadi konsep teknis.
Kehadiran perwakilan pedagang, misalnya, menjadi elemen krusial untuk memastikan rencana penataan nantinya tidak hanya berfokus pada aspek fisik, tetapi juga mempertimbangkan keberlangsungan usaha dan kenyamanan mereka. Diskusi mendalam menggali berbagai aspek, mulai dari pengaturan ruang dagang, aksesibilitas, fasilitas pendukung, hingga konsep pengembangan yang dapat meningkatkan daya tarik kawasan tanpa menghilangkan ciri khasnya.
Diharapkan, hasil rumusan dari FGD ini akan menjadi pijakan kuat dalam menyusun rencana induk (masterplan) penataan kawasan Kelok 9, mewujudkan visinya sebagai destinasi yang tertata apik, nyaman bagi pengunjung, dan memberikan manfaat optimal bagi masyarakat Kabupaten Lima Puluh Kota dan Sumatera Barat pada umumnya. (And)