Mengapa Peduli pada yang Tak Peduli? Saatnya Berlabuh di Hati yang Sejati
Ada musim-musim dalam hidup, ketika jiwa merentangkan sayapnya, berharap menemukan sarang di antara dahan-dahan yang teguh. Kita menuangkan seluruh embun cinta, memupuk dengan sabar, mengira bahwa setiap tetes akan berbalas dengan rimbunnya dedaunan. Namun, betapa seringnya, embun itu menguap di atas gurun hati yang kering, tanpa meninggalkan jejak basah, apalagi tunas kehidupan.
Mereka yang mengklaim diri sebagai bagian dari anyaman keluarga, sesungguhnya adalah benang-benang yang terjalin erat. Mereka adalah mercusuar di tengah badai, pelukan hangat di pagi yang dingin. Tak hanya dalam riuhnya tawa, di mana cahaya kebahagiaan berpendar di setiap sudut, tetapi juga dalam sunyinya tangis, di mana bayangan kesedihan memanjang dan menyesakkan. Jika benar mereka menganggapmu bagian dari kalbu, jiwa mereka akan bergetar seirama dengan dukamu, dan tangan mereka akan terulur sebelum engkau memohon. Mereka adalah saksi setiap jejak langkahmu, baik yang terang maupun yang samar.
Ketika Bayangan Menjadi Nyata
Namun, ada pula bayangan-bayangan yang menyerupai manusia, berkeliaran di tepi hidup kita, tak pernah menjejakkan kaki di dalamnya. Mereka adalah ilusi perhatian, fatamorgana kasih sayang yang selalu menjauh saat didekati. Sebesar apapun sungai kebaikan yang kau alirkan ke arah mereka, seberapa pun tulusnya benih perhatian yang kau tabur, hati mereka bagaikan batu karang yang tak tersentuh ombak. Tak ada ukiran, tak ada kesan, hanya kebekuan abadi yang menolak kehangatan. Semua pengorbananmu hanyalah buih di samudra abai mereka.
Saatnya Merdeka
Sebelum waktu mengikis lebih banyak lagi sisa-sisa harapan, sebelum jiwamu layu dalam penantian yang tak berujung, ini adalah saatnya untuk merdeka. Putuskanlah ikatan-ikatan semu itu. Campakkan mereka dari ruang hidupmu, sebagaimana daun kering gugur dari pohon. Jangan lagi hiraukan bisik-bisik kosong mereka, jangan lagi pedulikan keberadaan mereka yang tak bermakna. Sebab, memang demikianlah mereka, tiada pernah peduli, tiada pernah berhati.
Lupakanlah jejak-jejak yang tak pernah meninggalkan kenangan, dan hadapkanlah wajahmu pada cakrawala baru. Di sana, masih banyak hati yang berdetak seirama denganmu, keluarga sejati yang tak terikat darah, namun terjalin oleh benang empati dan kasih. Mereka adalah yang siap membersamai, bukan hanya di puncak tawa, tetapi juga di lembah air mata. Bersama mereka, kau akan menemukan sarang yang sesungguhnya, di mana jiwamu dapat berlabuh dengan tenang, tanpa perlu lagi merasa terabaikan.
Padang, 22 Mei 2025
By: Andarizal