"DPRD Tingkat 3": Diskusi Santai Mastilizal Aye di Jantung Kuliner Padang
PADANG - 15 JUNI 2025 – Di tengah hiruk pikuk Kota Padang, ada sebuah fenomena menarik yang menjadi bagian tak terpisahkan dari denyut nadi politik lokal: warung-warung makan sederhana yang akrab disebut "DPRD Tingkat 3." Bukan tanpa alasan sebutan ini melekat; tempat-tempat ini menjadi saksi bisu diskusi hangat para wakil rakyat, termasuk di antaranya Wakil Ketua DPRD Kota Padang, Mastilizal Aye, yang kerap terlihat berbaur dan bertukar pikiran di sana.
Salah satu warung yang mencuat sebagai pusat interaksi ini adalah "Kedai Omak Kito." Suasananya jauh dari formalitas gedung dewan. Dinding-dinding sederhana, meja-meja yang tertata apa adanya, dan aroma masakan khas Padang yang menggoda, semuanya menciptakan atmosfer yang rileks dan bersahaja. Di sinilah, di bawah atap seng dan ditemani secangkir teh panas, isu-isu kota dibahas, aspirasi masyarakat diserap, dan strategi politik dirajut.
Sebuah pemandangan akrab terlihat baru-baru ini di Kedai Omak Kito. Enam orang pria, dengan beragam usia dan latar belakang, tampak duduk melingkar di dua meja yang digabungkan. Mereka mengenakan pakaian kasual – kemeja polo berwarna putih-biru, ungu, dan lainnya – menandakan bahwa ini adalah pertemuan di luar agenda resmi. Raut wajah mereka menunjukkan keseriusan sekaligus keakraban, mengindikasikan percakapan yang mendalam namun santai. Gelas-gelas berisi minuman dan beberapa perlengkapan makan tersebar di meja, menjadi pelengkap diskusi yang mengalir.
Fenomena "DPRD Tingkat 3" ini mencerminkan karakteristik unik politik lokal di Padang. Jauh dari kesan kaku dan elitis, para anggota dewan memilih untuk mendekatkan diri dengan masyarakat melalui cara yang paling tradisional dan membumi: berdiskusi di warung. Ini bukan sekadar tempat makan, melainkan ruang publik informal di mana batasan antara wakil rakyat dan konstituen menjadi tipis. Isu-isu mulai dari pembangunan kota, kesejahteraan masyarakat, hingga dinamika politik lokal, semua bisa menjadi topik bahasan yang terbuka di sini.
Keberadaan "Kedai Omak Kito" dan warung-warung serupa sebagai "DPRD Tingkat 3" menegaskan bahwa politik tidak selalu harus bersembunyi di balik dinding-dinding tinggi gedung pemerintahan. Sebaliknya, ia bisa hidup dan berkembang di tengah masyarakat, di warung kopi, di kedai makan, atau di mana saja interaksi manusia terjadi. Ini adalah bentuk demokrasi yang paling otentik, di mana pemimpin dan rakyatnya bertemu, berdialog, dan mencari solusi bersama dalam suasana yang paling akrab dan manusiawi. Dan di Padang, tradisi ini telah mengakar kuat, menjadi identitas tersendiri bagi dinamika politiknya. (And)