Mendekatkan Hati, Merajut Sinergi: Gerakan Subuh Berjamaah Polda Sumbar
Bayangkanlah, ketika azan Subuh berkumandang syahdu, membelah keheningan, bukan hanya para jamaah yang memenuhi saf-saf masjid. Di berbagai sudut kota dan pelosok nagari di Sumatera Barat, anggota kepolisian dari Polda Sumbar turut melangkahkan kaki, bukan dengan seragam lengkap yang seringkali menimbulkan segan, melainkan dengan semangat kerendahan hati dan niat tulus untuk berbaur. Mereka mendatangi setiap masjid, dari satu pintu ke pintu lainnya, menyapa, bersalaman, dan ikut serta dalam ibadah berjamaah. Ini bukanlah kunjungan formal, melainkan wujud nyata dari kehadiran yang tulus, seolah ingin berkata, "Kami ada bersama kalian, dalam suka dan duka."
Tujuan dari gerakan ini jauh melampaui sekadar kehadiran fisik. Kapolda Gatot Tri Suryanta dengan gamblang menjelaskan visinya: "untuk menghadirkan peran kepolisian agar lebih dekat dengan ulama serta masyarakat." Dalam pandangannya, kedekatan dengan para ulama, sebagai panutan spiritual dan intelektual umat, adalah kunci. Ketika jalinan komunikasi dan kepercayaan terjalin erat antara polisi, ulama, dan masyarakat, maka segala bentuk imbauan, pesan-pesan kamtibmas, hingga upaya menjaga kedamaian akan jauh lebih mudah tersampaikan dan terwujud dalam sinergi yang harmonis. Ibarat sebuah orkestra, setiap instrumen akan bermain selaras, menciptakan melodi keamanan dan ketertiban yang indah.
Lebih dari itu, program ini membawa misi yang lebih dalam lagi: menumbuhkan benih-benih kecintaan masyarakat terhadap institusi kepolisian. Di benak banyak orang, polisi kerap diasosiasikan dengan penegakan hukum yang tegas, bahkan terkadang terkesan jauh dan berjarak. Namun, melalui "Gerakan Subuh Berjamaah", citra tersebut perlahan diubah. Ketika masyarakat melihat polisi duduk bersimpuh di samping mereka, bersama-sama menundukkan kepala dalam doa, ada ikatan emosional yang terbangun. Ada rasa memiliki, bahwa polisi bukanlah pihak yang "lain", melainkan bagian tak terpisahkan dari komunitas itu sendiri.
Inisiatif ini bukan hanya tentang memupuk citra positif, melainkan tentang membangun fondasi kepercayaan yang kokoh. Ketika polisi dekat dengan masjid dan ulama, mereka menjadi bagian integral dari kehidupan beragama dan bermasyarakat. Pesan-pesan yang disampaikan tidak lagi terasa sebagai perintah dari otoritas, melainkan sebagai nasihat dari seorang sahabat, imbauan dari seorang saudara. Dan dalam ikatan persaudaraan itulah, Kapolda Gatot Tri Suryanta percaya, segala upaya menjaga ketertiban dan keamanan di wilayah hukum Sumatera Barat akan mencapai hasil yang optimal.
Gerakan Subuh Berjamaah adalah bukti nyata bahwa keamanan tidak hanya bisa dicapai melalui kekuatan hukum, tetapi juga melalui kekuatan hati. Di setiap masjid yang didatangi, di setiap salam yang terucap, di setiap doa yang terpanjat bersama, Kapolda Sumbar dan jajarannya tengah menanamkan bibit-bibit kebersamaan, berharap kelak tumbuh subur menjadi pohon sinergi yang rindang, menaungi seluruh masyarakat Sumatera Barat dalam kedamaian dan harmoni. Ini adalah kisah tentang bagaimana seragam dan hati bisa menyatu, demi terciptanya negeri yang lebih baik. (And)