PADANG - 4 AGUSTUS 2025 - Sebuah proyek pembangunan kembali RKB "Ruang Kelas Baru" di SD Negri 01 Bandar Buat, Kecamatan Lubuk Kilangan, Kota Padang, menjadi sorotan setelah ditemukan adanya indikasi reutilisasi elemen struktur bangunan lama. Gedung sekolah yang sebelumnya merupakan bantuan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) pasca-gempa 2009, kini sedang direhabilitasi dengan anggaran APBD Kota Padang Tahun 2025 senilai Rp930.048.296,13.
Pantauan tim media pada hari Ahad, 3 Agustus 2025, menunjukkan pemandangan yang mengundang pertanyaan. Di tengah gairah pembangunan kembali, terlihat jelas bahwa beberapa bagian bangunan lama tidak sepenuhnya diganti. Yang paling mencolok adalah rangka atap berbahan besi yang sudah menunjukkan tanda-tanda korosi signifikan, namun tetap dipasang kembali sebagai bagian dari struktur atap yang baru. Kondisi ini memicu kekhawatiran terkait standar keamanan dan ketahanan bangunan, terutama mengingat sejarah Padang sebagai wilayah rawan gempa.
Proyek ini, yang memiliki waktu pelaksanaan 120 hari kalender, dijalankan oleh CV. Reginda Jaya Abadi dengan pengawasan dari CV. Riesha Multi Mitra. Sebuah papan informasi proyek terpampang jelas di lokasi, merinci seluruh detail kegiatan, mulai dari instansi pelaksana, nomor kontrak, hingga sumber dana. Namun, di balik angka-angka tersebut, muncul sebuah dilema.
Menanggapi temuan ini, awak media menghubungi Kepala Bidang Sarana dan Prasarana (Sapras) dan Aset Dinas Pendidikan Kota Padang, WELL OF SONORA, ST, MT. Melalui pesan WhatsApp, ia memberikan klarifikasi yang gamblang.
"Dalam konsep perencanaan memang mempertahankan struktur dan rangka atap lama yang dinilai masih layak. Sebagian rangka yang sudah berkarat parah akan disisip," ujarnya.
Ia menambahkan bahwa keputusan ini didasari oleh pertimbangan efisiensi anggaran. "Dengan memanfaatkan sebagian struktur dan rangka atap lama, dapat menghemat lebih kurang 40% anggaran," jelasnya. Penghematan ini, menurut Well, sangat vital. Dengan anggaran yang sama, jika membangun baru secara keseluruhan, hanya akan didapat 3 ruang kelas. Sementara dengan konsep yang sekarang, mereka dapat membangun 5 ruang kelas baru ditambah 8 unit WC.
Argumentasi yang disampaikan pihak dinas ini memang berlandaskan pada upaya optimalisasi anggaran daerah. Di satu sisi, penghematan ini memungkinkan cakupan pembangunan yang lebih luas, memberikan manfaat bagi lebih banyak siswa dengan menyediakan fasilitas yang lebih lengkap. Namun, di sisi lain, keputusan untuk mempertahankan elemen struktural yang sudah berkarat menimbulkan pertanyaan besar di kalangan masyarakat dan ahli konstruksi. Sejauh mana standar kelayakan teknis dinilai? Apakah evaluasi tersebut cukup ketat untuk menjamin keamanan jangka panjang, terutama di zona seismik seperti Padang?
Pertanyaan-pertanyaan ini menjadi penting, mengingat bangunan sekolah adalah fasilitas publik yang digunakan oleh anak-anak. Keputusan untuk membangun dengan memanfaatkan sisa-sisa bangunan lama, meskipun dengan niat baik untuk efisiensi, harus tetap sejalan dengan prinsip keselamatan. Publik berharap, pengawasan dari pihak konsultan dan dinas terkait benar-benar memastikan bahwa setiap elemen yang direutilisasi telah melewati uji kelayakan yang ketat, dan setiap bagian yang berpotensi membahayakan telah diganti sepenuhnya. Proyek ini menjadi cerminan nyata dari tantangan yang dihadapi pemerintah daerah, menyeimbangkan antara keterbatasan anggaran dengan kebutuhan akan infrastruktur yang aman dan berkualitas.
Berita ini akan terus kami update seiring dengan perkembangan informasi dari pihak terkait. (And)