SUMBAR - 22 SEPTEMBER 2025 - Di bawah kaki langit yang sama, namun terpisah oleh bentang pulau, putra dari provinsi Sumatera Selatan, Palembang menempa diri. Kini, takdir membawanya melintasi samudra, menapaki setiap jengkal tanah yang diselimuti kabut dan rimbun pepohonan di Ranah Minang. Dialah Masudi, ST., MT, sang arsitek jalan yang kini mengemban amanah sebagai Kepala Satuan Kerja Pelaksanaan Jalan Nasional (Satker PJN) Wilayah II Provinsi Sumatera Barat.
Sejak bulan Februari 2025, Masudi hadir bukan hanya dengan nama, tetapi juga dengan jiwa dan raga. Ia adalah nakhoda yang ditugaskan untuk mengarungi lautan proyek, dari pemeliharaan rutin yang senyap hingga pembangunan strategis yang menjulang tinggi. Di bawah kepemimpinannya, setiap lubang di jalan adalah aib yang harus segera ditutup, setiap retakan adalah luka yang harus segera diobati. Baginya, jalan adalah nadi yang mengalirkan kehidupan, bukan sekadar urat beton yang kaku.
Pada Agustus 2025, di tengah teriknya mentari, Masudi menyusuri jalan dari Padang hingga Dharmasraya. Kunjungan itu bukan sekadar formalitas, melainkan sebuah ikrar. Ia melihat langsung, merasakan setiap getaran aspal di bawah kakinya, dan memastikan bahwa kualitas adalah janji yang tak bisa ditawar. Ia tahu, di setiap perbaikan, ada harapan para pengendara, petani, pedagang, dan anak sekolah yang bergantung pada kelancaran mobilitas.
Hatinya teruji ketika insiden tragis terjadi pada Mei 2025 di ruas Padang–Painan–Kambang. Lubang galian yang menganga telah merenggut nyawa, meninggalkan duka mendalam. Tanpa menunggu perintah lebih lama, ia dan timnya bergerak cepat. Bagi Masudi, kecelakaan adalah peringatan keras bahwa pekerjaan ini bukan hanya soal infrastruktur, melainkan juga soal nyawa manusia. Jalan yang aman adalah hak setiap warga, dan ia bertekad untuk mewujudkannya.
Di balik sosoknya yang tegas, Masudi memiliki hati yang terbuka. Ia merangkul media sebagai mitra, bukan musuh. Baginya, kritik bukanlah ancaman, melainkan cermin untuk memperbaiki diri. Sikap ini menuai pujian dari banyak jurnalis yang mengenalnya. "Jujur kita segan dengan Pak Masudi," ujar beberapa orang awak media di Sumatera Barat. "Setiap kali ada temuan, ia langsung tindak lanjuti. HP-nya selalu merespons setiap konfirmasi." Ini adalah potret seorang pemimpin yang tidak hanya membangun jalan, tetapi juga membangun kepercayaan.
Masudi tidak berjalan sendirian. Ia didukung oleh para PPK (Pejabat Pembuat Komitmen) yang profesional di bidangnya: Zulfikar Kurniawan, Dhani Asri, Yan Purwandi, Bahagia, dan Rai Fraja Novfandro. Bersama-sama, mereka adalah tim solid yang siaga 24 jam untuk menghadapi tantangan, termasuk saat bencana alam seperti longsor meluluhlantakkan sebagian jalan. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa, yang bekerja di balik layar untuk memastikan konektivitas tetap terjaga.
Kini, di bawah langit Minangkabau, Masudi, terus melangkah. Ia adalah jembatan yang menghubungkan Palembang dan Ranah Minang, bukan hanya secara geografis, tetapi juga dalam semangat pengabdian. Ia adalah sang arsitek jalan, yang tak hanya membangun aspal dan beton, tetapi juga membangun harapan dan keselamatan bagi seluruh masyarakat Sumatera Barat. (And)