-->
  • Jelajahi

    Copyright © Portalanda
    Best Viral Premium Blogger Templates

    Iklan

    Mahyeldi Gubernur Sumbar: Cermin Pemimpin Abdi Masyarakat Sejati, Tahan Banting Diterpa Kritik

    Kamis, 16 Oktober 2025, Oktober 16, 2025 WIB Last Updated 2025-10-16T07:50:33Z

    Di tengah pusaran dinamika politik dan godaan kekuasaan, acap kali kita menyaksikan pemimpin yang terperosok dalam jurang lupa diri. Mereka melupakan janji suci pengabdian, menganggap singgasana sebagai hak pribadi, bukan mandat dari rakyat. Namun, di Ranah Minang, ada sosok yang teguh berpegang pada filosofi kerendahan hati, Gubernur Sumatera Barat, Mahyeldi Ansharullah.


    Narasi yang beredar kencang di tengah masyarakat dan jajaran birokrasi menegaskan satu hal, Mahyeldi bukanlah pemimpin yang anti-kritik. Ia berdiri sebagai anomali yang menyegarkan, sebuah cermin Abdi Masyarakat sejati yang semestinya ditiru oleh setiap bupati, walikota, hingga kepala dinas di seluruh provinsi.


    Gaya kepemimpinan Mahyeldi seringkali disarikan dalam sebuah kalimat yang lugas dan merendah. "Kita ini bukan siapa-siapa, kita ini adalah Abdi negara yang mengabdi untuk masyarakat." Kalimat ini bukan sekadar retorika manis di mimbar kampanye, melainkan sebuah keyakinan yang tertanam kuat dalam setiap pengambilan keputusannya.


    Sayangnya, pemahaman ini tak selalu bergaung di hati banyak pemimpin lain. Ada yang tiba-tiba merasa tak tersentuh setelah berhasil duduk di kursi kekuasaan. Mereka berlagak seolah tak akan pernah jatuh, padahal fondasi kekuatan mereka hanyalah tumpukan suara dari masyarakat yang sama, yang kini mereka abaikan.


    Sebagai renungan mendalam, perlu ditegaskan kembali bahwa masyarakat adalah bos sejati. Mereka adalah entitas yang memberikan kepercayaan, memilih, dan membayar gaji para pemimpin melalui pajak dan sumber daya negara. Ketika masyarakat menaruh mandat, itu artinya mereka sedang menunjuk karyawan terbaik untuk mengurus rumah tangga besar bernama provinsi.


    Maka, wajar belaka jika sang karyawan, dalam hal ini pemimpin, harus siap menerima teguran, masukan, bahkan kritik pedas dari sang "bos."


    Inilah yang menjadi kunci mengapa kepemimpinan Mahyeldi di Sumatera Barat dinilai begitu tahan banting dan tidak pernah tergerus. Beliau memegang prinsip bahwa kritik adalah pupuk bagi kemajuan. Ia melihat setiap keluhan atau koreksi bukan sebagai serangan pribadi, melainkan sebagai early warning system yang vital untuk perbaikan dan inovasi.


    Dalam lanskap kepemimpinan yang ideal, pemimpin haruslah menjadi pelayan yang gigih, bukan raja yang otoriter. Mahyeldi mewujudkan prinsip tersebut dengan siap sedia "dikeritik demi kemajuan provinsi yang ia pimpin."


    Sikap ini menghasilkan resonansi positif, masyarakat merasa didengar, birokrasi terpacu untuk bekerja lebih baik, dan roda pembangunan bergerak dengan arah yang lebih terkalibrasi. Mahyeldi telah mengajarkan sebuah pelajaran fundamental, pemimpin yang sejati bukanlah yang anti-kritik, melainkan yang menjadikan kritik sebagai bekal untuk mewujudkan visi besar, menjadikan Sumatera Barat lebih maju dan bermartabat. 


    Padang, 16 Oktober 2025

    Oleh: Andarizal

    Komentar

    Tampilkan

    Terkini