PADANG, SUMATERA BARAT - 1 NOVEMBER 2025 - Di tengah kesibukan Kota Padang yang berdenyut cepat, penegakan aturan lalu lintas sering kali identik dengan ketegasan dan sanksi. Namun, di bawah komando Direktur Lalu Lintas (Dirlantas) Polda Sumatera Barat, Kombes Pol H.M. Reza Chairul Akbar Sidiq, S.H., S.I.K., M.H., paradigma tersebut perlahan diubah. Ditlantas Polda Sumbar kini mengedepankan pendekatan yang lebih hangat, berbasis empati dan edukasi, sebuah filosofi yang dikenal sebagai Pendekatan Humanis.
Filosofi ini bukan sekadar slogan, melainkan napas baru dalam interaksi antara Polisi Lalu Lintas (Polantas) dan masyarakat. Dalam setiap langkah, penegakan hukum disandingkan dengan pembinaan, di mana tujuan utamanya adalah membangun kesadaran, bukan sekadar menakut-nakuti.
Gambar yang tersaji, seorang sopir truk tersenyum didampingi oleh beberapa anggota Polantas yang juga memberikan acungan jempol adalah visualisasi nyata dari semangat ini. Di hadapan sebuah truk hijau besar, Kombes Reza melalui jajarannya, menunjukkan bahwa penertiban di jalan raya tidak harus diwarnai ketegangan.
“Kami terus mengedepankan pendekatan humanis dalam menegakkan aturan lalu lintas,” tegas Kombes Pol Reza. “Langkah ini dilakukan untuk mencegah pelanggaran yang berpotensi menimbulkan fatalitas kecelakaan serta mewujudkan budaya tertib berlalu lintas di Sumatera Barat.”
Pesan ini mendalam, mengingatkan setiap pengemudi, termasuk para sopir yang mengemban tanggung jawab logistik, bahwa keselamatan adalah nilai kemanusiaan tertinggi. Ketika pelanggaran dicegah melalui kesadaran diri, maka angka kecelakaan fatal yang seringkali berawal dari pelanggaran sederhana dapat ditekan secara signifikan.
Pendekatan humanis ini diterjemahkan menjadi berbagai program konkret yang menyentuh berbagai lapisan masyarakat:
* Blangko Teguran Edukatif: Alih-alih langsung menilang untuk setiap pelanggaran kecil, Ditlantas Polda Sumbar memperkenalkan Blangko Teguran. Ini adalah peringatan awal yang bersifat pembinaan, diberikan kepada pengendara yang melakukan pelanggaran berpotensi bahaya. Tujuannya, menyadarkan tanpa menciptakan resistensi.
* Polantas Menyapa: Program yang hadir di ruang-ruang pelayanan, seperti pengurusan BPKB atau SIM, di mana petugas tidak hanya melayani secara administratif, tetapi juga menyapa hangat, bahkan membagikan cenderamata. Kombes Reza menekankan, “Polantas harus menyapa, bukan hanya melayani. Karena senyum dan sapaan itu mampu membangun kepercayaan.”
* Edukasi Menyeluruh: Jajaran Ditlantas aktif menyentuh komunitas Ojek Online (Ojol) sebagai mitra strategis dan juga masuk ke dunia pendidikan, mulai dari SD hingga Kampus, melalui program “Police Goes to School/Campus”. Mereka berupaya mencetak “Pelopor Keselamatan” sejak dini, menanamkan pentingnya disiplin di jalan raya.
Di bawah kepemimpinan Kombes Pol Reza, transformasi yang terjadi di Ditlantas Polda Sumbar bertujuan mengubah citra Polisi Lalu Lintas dari sosok yang ditakuti menjadi sosok yang bersahabat, informatif, dan memberi solusi.
Kunci dari keberhasilan ini adalah konsistensi, menyandingkan penegakan hukum dengan edukasi, sinergi sama berbagai pihak termasuk Bapenda dan Jasa Raharja dalam razia terpadu yang humanis, dan selalu menghadirkan empati dalam setiap interaksi. Dengan demikian, ketaatan berlalu lintas di Sumatera Barat diharapkan tumbuh dari kesadaran kolektif, bukan dari paksaan.
Upaya Ditlantas Polda Sumbar ini adalah sebuah janji nyata untuk menciptakan keamanan dan ketertiban lalu lintas yang tidak hanya diukur dari statistik penindakan, tetapi dari senyum dan rasa aman yang dirasakan oleh masyarakat di jalan raya. (And)
