Senin 21 April 2025 Sebuah Perpisahan yang Tak Diduga, Bagian 2 : Isyarat Tirai dan Telepon yang Terputus

Langkahku kembali menapaki koridor menuju kantor sekitar pukul 01.05 siang. Langit di luar sedikit mendung, seolah ikut merasakan mendung di hatiku karena ketiadaan "kk" seharian ini. Dari jauh, mataku menangkap pemandangan yang membuat langkahku sedikit melambat. Pintu kantor memang masih terkunci dari luar, persis seperti saat aku meninggalkannya tadi pagi. Namun, ada satu hal yang berbeda. Kain tirai yang biasanya tertutup rapat menutupi kaca, kini tersibak sedikit. Sebuah isyarat kecil, namun jelas. Itu kebiasaan "kk" jika ia masuk sebentar saat kantor terkunci, menguak tirai untuk melihat ke dalam atau memberi tanda bahwa ia 'ada' meski tak bisa masuk sepenuhnya atau baru saja keluar.

Kantor kubuka. Sunyi. Tapi hawa kehadirannya terasa. Mungkin ia baru saja pergi lagi, pikirku. Kuminum air mineral yang ada di meja, berusaha menenangkan sedikit kegelisahan yang sejak pagi bersarang. Ponsel kugenggam. Aplikasi pesan singkat terbuka. Aku coba menghubunginya lewat WhatsApp.

"KK dimana tanya ku," kuketik singkat, berharap balasan cepat seperti biasanya.

Baca Juga :

Centang dua hitam muncul, pesanku terbaca. Tapi tak ada balasan. Dingin.

Sedikit cemas, kualihkan ke panggilan telepon. Nomor "kk" kudial. Berdering... diangkat.

"Kk, kamu dimana?" tanyaku tanpa basa-basi, nada suaraku mungkin sedikit terdengar khawatir.

"Kk lagi diluar pak," jawabnya singkat, suaranya terdengar agak buru-buru atau entahlah, sulit kujelaskan.

"Oh, ya sudah," kataku, lalu telepon kum4tikan. Ada rasa janggal. Tak biasanya ia sesingkat itu, tak biasanya ia sulit dihubungi seperti ini.

Tak lama berselang, layar ponsel kembali menyala. Sebuah notifikasi WhatsApp. Dari "kk".

"Sedang jmput bunda pak," begitu bunyi pesannya.

Membaca itu, sedikit kelegaan kurasakan. Oh, sedang menjemput ibunya. Mungkin ada urusan keluarga mendadak. Setidaknya ia baik-baik saja. Aku meletakkan ponsel, mencoba melanjutkan pekerjaan yang sempat tertunda.

Beberapa menit kemudian, suara langkah kaki terdengar mendekat. Langkah yang kukenal. Kemudian, pintu kantor terbuka. Di ambang pintu, "kk" berdiri, dan di sampingnya, sang bunda. Mereka masuk ke dalam ruangan, membawa serta aura yang entah mengapa terasa berbeda dari biasanya. Ada sorot mata yang lain, ada getaran yang tak dapat kutangkap maknanya saat itu.

"Pak, kk sudah diterima kerja oleh perusahaan di PT. PSU Sumsel pak," ucap "kk" tiba-tiba, nadanya berusaha terdengar mantap, mungkin gembira, tapi bagiku...

Kata-kata itu menggantung di udara. Ruangan kerja kami yang tadinya terasa biasa saja, mendadak terasa dingin, kosong, dan asing. Kabar itu... datang tanpa aba-aba.  Bersambung ke Bagian 3.


Topik Terkait