Dimata Gusni: Puncak Lawang, Permata 'Negeri di Atas Awan' Sumatera Barat

Bagi sebagian orang, sebuah perjalanan bukan hanya tentang tempat yang dikunjungi, melainkan juga cerita dan perasaan yang tertinggal. Dan bagi Gusni, seorang penikmat setia keindahan Sumatera Barat, Puncak Lawang bukanlah sekadar objek wisata alam biasa. Ia adalah esensi dari pengalaman menjelajah Ranah Minang yang sulit dilupakan.

"Jika belum mampir, rasanya belum lengkap pengalaman wisatanya di Sumatera Barat," ungkap Gusni dengan mata berbinar, mengenang masa-masa liburan yang kerap ia habiskan di ketinggian ini. Menurutnya, Puncak Lawang memancarkan pesona yang begitu kuat, sebuah kombinasi harmonis antara birunya alam dan ketenangan yang ditawarkan.

Dikatakan Gusni, daya tarik utama Puncak Lawang adalah pemandangan spektakuler Danau Maninjau. Dari ketinggian 1.210 meter di atas permukaan laut, hamparan air biru itu terbentang megah, seolah menjadi permadani raksasa di bawah tatapan mata. Udara sejuk pegunungan berpadu dengan hijaunya rindang pohon pinus yang memayungi area ini, menciptakan atmosfer damai yang sulit ditandingi. Tak heran, pemandangan dari puncak tertinggi di Nagari Lawang inilah yang membuatnya dijuluki ''negeri di atas awan", sebuah nama yang sangat pas untuk menggambarkan keindahan mistis berlatar Danau Maninjau.

Gusni juga menyoroti bahwa pesona Puncak Lawang bukanlah fenomena baru. Ia punya akar sejarah yang dalam, bahkan sejak era kolonial Belanda. Tempat ini, jelasnya, dulunya adalah peristirahatan pribadi, sebuah lokasi untuk menyepi bagi para bangsawan Belanda yang mencari ketenangan di dataran tinggi. Kini, warisan ketenangan itu terbuka untuk dinikmati publik, menjelma menjadi salah satu destinasi wisata paling diminati di Sumatera Barat. Lebih dari itu, Puncak Lawang juga dikenal di kancah internasional sebagai arena kejuaraan paralayang. Gusni bangga menyebutkan, spot ini merupakan salah satu yang terbaik di Asia Tenggara, menarik para penerbang dari berbagai negara untuk merasakan sensasi melayang di atas 'negeri di atas awan'.

Bagi Gusni, kemudahan akses turut menjadi faktor penting yang membuat Puncak Lawang selalu ramai pengunjung. "Akses jalan dan bangunan yang cukup memadai memberi kemudahan untuk masyarakat dan parawisata untuk berkunjung sehingga dari dahulu jumlah pengunjung yang datang sudah ramai," tuturnya. Menjelaskan rute menuju ke sana, Gusni merinci bahwa pengunjung bisa datang dari arah timur maupun barat. Dari arah barat, seperti dari Lubuk Basung atau sekitar Danau Maninjau, perjalanan akan melewati jalur mendaki yang legendaris dengan 44 belokan yang terkenal dengan Kelok 44. Sebuah perjalanan yang menawarkan tantangan sekaligus pemandangan unik di setiap tikungannya. Sementara itu, bagi yang datang dari arah timur, seperti dari Kota Bukittinggi atau Padang Panjang, Puncak Lawang (Kecamatan Matur) akan dicapai sebelum menemui Kelok 44.

Melalui sudut pandang Gusni, Puncak Lawang lebih dari sekadar titik di peta. Ia adalah perpaduan sempurna antara keindahan alam yang memukau, jejak sejarah yang kaya, dan potensi aktivitas yang memacu adrenalin. Sebuah tempat yang menawarkan ketenangan sekaligus petualangan, menjadikannya permata yang tak terbantahkan di mahkota pariwisata Sumatera Barat, dan selalu pantas untuk kembali disinggahi. (GuA) 



Topik Terkait

Baca Juga :