Pertempuran Harga Mati 18 Mei 2025 di Haji Agus Salim: SPFC Incar Kemenangan Krusial Lawan Persik Demi Bertahan di Liga 1

Minggu, 18 Mei 2025. Tanggal itu terpatri kuat dalam benak setiap insan yang bernapas untuk Semen Padang FC. Bukan sekadar pertandingan biasa, laga melawan Persik Kediri di Stadion GOR Haji Agus Salim adalah sebuah epik penentuan nasib, sebuah "harga mati" yang tak bisa ditawar-tawar lagi. Bagi Kabau Sirah, kemenangan adalah kewajiban mutlak, kunci untuk menjauh dari ancaman tergelincir kembali ke kancah Pegadaian Liga 2.

Atmosfer jelang laga dipastikan akan membara. Para penggemar setia SPFC menuntut tim kesayangan mereka untuk tampil habis-habisan sejak peluit kick off ditiup. Serangan total, intensitas tinggi selama "tujuh hari tujuh malam" di atas lapangan selama 90 menit, itulah yang diharapkan. Hasil imbang, apalagi kekalahan, adalah skenario buruk yang bisa langsung membawa SPFC "pindah alam" ke kasta kedua.

Teriakan "Menyerah bukan Tradisi Kita" menggema dari basis suporter SPFC. Namun, perjuangan serupa juga terjadi di sudut-sudut lain kepulauan Indonesia. Tim-tim pesaing di zona merah juga berjuang mati-matian, tak rela turun kasta. Mereka pun memandang Pegadaian Liga 2 bukan sebagai solusi, melainkan masalah yang harus dihindari. Kisah PSIS Semarang, yang sempat merasakan kerasnya Liga "Pegadaian" hingga membuat figur sentral seperti Yoyok didatangi penggemar, menjadi pengingat betapa pahitnya degradasi. Tentu, tak ada yang menginginkan hal serupa menimpa Pak Win, Pak AR, dan jajaran manajemen lain yang telah mencurahkan totalitasnya untuk SPFC, menjadi sasaran "pembenci" yang selama ini "mengacau di air keruh".

Secercah harapan hadir berkat performa gemilang dalam empat pertandingan terakhir. Tren positif itu bagai suntikan energi yang berhasil mengatrol posisi SPFC keluar dari zona degradasi yang mencekam. Momentum berharga ini wajib dilanjutkan dalam dua laga sisa musim ini, dan Persik adalah tantangan pertama yang harus dituntaskan.

Namun, realitanya tetaplah ketat. Kemenangan atas Persik saja belum sepenuhnya menjamin keselamatan. Mata juga akan tertuju pada hasil pertandingan tim-tim rival, terutama Barito Putera di pekan ke-33 ini. Jika Barito Putera berhasil meraih poin, perjuangan SPFC akan semakin berat. Bahkan setelah laga melawan Persik, ancaman masih mengintai dari PSS Sleman yang juga berjuang keras. Artinya, nasib SPFC kemungkinan besar akan ditentukan hingga matchday terakhir, menambah drama di akhir musim.

Optimisme tetap menyala. Melihat determinasi dan penampilan tim dalam empat laga terakhir, keyakinan untuk bisa mengatasi Persik cukup beralasan. Seperti yang diungkapkan oleh Ketua Askot PSSI Padang, Mastilizal Aye, dalam tulisannya, kekuatan SPFC di kandang, terutama kemampuan mereka untuk selamat di menit-menit akhir saat menghadapi tim kuat sekelas PSIS dan Madura United, menunjukkan mentalitas baja yang dibutuhkan dalam laga sepenting ini.

Maka, pada Minggu sore itu, GOR Haji Agus Salim akan menjadi saksi bisu pertempuran antara tekad baja dan ancaman nyata. SPFC akan berjuang bukan hanya untuk tiga poin, tetapi untuk harga diri, kebanggaan, dan tempat mereka di kasta tertinggi sepak bola Indonesia. Ini adalah pertempuran "harga mati", dan seluruh Padang berdiri di belakang Kabau Sirah. (And) 


Topik Terkait

Baca Juga :