Podcast Firdaus Abie: Mengupas Geliat Sepak Bola Padang Bersama Mastilizal Aye
PADANG - Ruang kerja Mastilizal Aye siang itu diwarnai obrolan hangat, merekam jejak perjuangan dan harapan untuk sepak bola Kota Padang. Sosok yang tak asing di kancah olahraga Ranah Minang ini, yang juga dikenal sebagai penerima penghargaan pembina olahraga terbaik tingkat kota, tengah berbagi cerita dalam sebuah podcast bersama wartawan senior, Firdaus Abie. Senin, 19 Mei 2025, menjadi saksi bincang-bincang seru yang turut dihadiri Andarizal dari KJI dan Noa Rang Kuranji penggemar sepakbola.
Mastilizal Aye, dengan latar belakangnya yang kental di berbagai cabang olahraga, kini memikul amanah sebagai Ketua Askot PSSI Kota Padang. Dalam perbincangan itu, Firdaus Abie menyoroti geliat Liga Askot yang sempat menghilang, lalu kembali muncul dan berjalan intensif di bawah komando Aye.
Mengenang kembali momen penting di tahun 2019, Aye berkisah saat ia terpilih memimpin Askot PSSI Kota Padang. Di hadapan para "porters" – sebutan untuk para pemangku kepentingan dan penggemar sepak bola – ia menyampaikan sebuah janji tulus yang kemudian menjadi visi utamanya: siap membangkitkan kembali Liga Askot PSSI Kota Padang yang sudah lama tertidur lelap. Sebuah janji yang lahir dari kerinduan akan kompetisi lokal yang hidup.
"Selama itu sudah pakum," ujar Aye, suaranya sedikit bernostalgia, mengingat pernah ada upaya membangkitkan nama-nama seperti PSP yang bertransformasi menjadi PON, atau porset yang ia coba hidupkan kembali, namun belum tuntas.
Visinya sederhana namun mulia: agar PSSI Kota Padang bisa berjalan kembali seperti dulu, melahirkan talenta-talenta sepak bola yang dihargai dan dikagumi di tingkat nasional. Lantas, mengapa liga kompetisi itu sempat berhenti? "Karena mungkin tidak ada yang peduli, tidak ada yang ngerti," ungkapnya polos, sembari mengajak mengulas lebih dalam kondisi tersebut.
Namun, di bawah kepemimpinannya, denyut nadi itu mulai terasa kembali. Tahun 2020 menjadi awal kebangkitan. Liga Askot PSSI Kota Padang resmi dibuka oleh Bapak Mahyeldi (kemungkinan saat itu sebagai Walikota), dan alhamdulillah berjalan lancar. Tak hanya setahun, namun terus bergulir di tahun 2021, 2022, 2023, hingga 2024. Lima periode kompetisi telah berhasil diselesaikan, sebuah bukti konsistensi yang patut diapresiasi. Dan kabar baiknya, tahun 2025 ini pun, insya Allah, liga akan kembali digelar setelah APBD Perubahan disahkan.
Menariknya, juara liga selalu berbeda-beda setiap tahunnya. Aye kemudian menyinggung perihal regulasi dan peran wasit. Ia pemilik klub Janse, dan ia bercerita bahwa bahkan pernah "kena" masalah regulasi, termasuk kartu merah. Mengapa? Karena filosofinya tegas: "wasit yang memimpin pertandingan tersebut tidak pernah kita kontrol, tidak pernah kita berikan arahan. Biarkan dia memimpin pertandingan sebagaimana mestinya, sesuai aturan." Pendekatan ini terbukti membuahkan hasil. "Alhamdulillah wasit sekarang sudah ada dari liga Askot dan alhamdulillah wasit itu betul-betul luar biasa," pujinya, menunjukkan bahwa liga ini tak hanya mencetak pemain, tapi juga pengadil lapangan yang berkualitas.
Pada awal mula liga Askot, usia pemain memang sengaja dibuat bebas. Tujuannya jelas, "karena waktu itu kita ingin memeriahkan sepak bola Kota Padang itu awal rencananya dan banyak peminatnya pada waktu itu," jelasnya. Keinginan untuk memeriahkan ini berakar dari fakta pahit: sejak tahun 1997, Kota Padang belum pernah menjadi juara Porprov (Pekan Olahraga Provinsi) tingkat Sumatera Barat untuk cabang sepak bola. Terakhir kali mereka meraih gelar juara adalah di Porprov Pasaman pada tahun 1997.
Keberadaan klub Janse yang ia miliki juga memiliki narasi tersendiri. Klub itu lahir ketika ia melihat anak-anak muda yang tamat dari berbagai program pembinaan. Ia mengumpulkan mereka untuk memperkuat Janse. Namun, tidak ada ikatan yang mengikat. "Kemana saja mereka main setelah itu bebas," katanya. Jika mereka memang berkualitas, harapan terbesarnya adalah melihat mereka mencapai Liga Satu atau Liga Dua, menjadi "asli produk liga Askot," kebanggaan Kota Padang.
Perjalanan ini bukan tanpa kritik. Aye bercerita, pernah disentak oleh salah seorang penggemar sepak bola yang berkomentar pedas, "Pak Aye ini lebih banyak pula usia empat puluh ke atas bertanding bola, sehingga pembinaan untuk anak-anak telantar." Kritik itu ia terima dan jawab dengan tindakan nyata. "Karena ketika saya jadi ketua Askot, sekarang 23 ke bawah usianya sekarang liga yang dibuat oleh Askot Kota Padang," tegasnya, menunjukkan responsif dan komitmen pada pembinaan murni.
Di akhir perbincangan, sebuah pesan penting terlontar: "Kalau pemerintah tidak peduli dengan sepak bola, hasilnya pasti beda." Kalimat ini menjadi penutup yang kuat, menyiratkan bahwa meski upaya telah maksimal di tingkat Askot, dukungan penuh dari pemerintah daerah adalah kunci untuk memastikan bakat-bakat yang lahir dari rahim Liga Askot ini benar-benar bisa tumbuh dan mengharumkan nama Kota Padang, bahkan di kancah yang lebih tinggi. Podcast Firdaus Abie bersama Mastilizal Aye bukan sekadar obrolan biasa, melainkan rekaman semangat dan kerja keras demi masa depan sepak bola Ranah Minang. (And)