Dimata Kadisdik Sumbar, Idul Adha Momentum Spiritual dan Pembentukan Karakter
Barlius menekankan bahwa Idul Adha adalah kesempatan berharga bagi lembaga pendidikan untuk meningkatkan kualitas ibadah dan akhlak siswa. "Ini bukan hanya tentang pelajaran di kelas, tetapi bagaimana kita mengintegrasikan nilai-nilai keagamaan dalam keseharian mereka," ujar Barlius. Ia membayangkan bagaimana sekolah-sekolah dapat mengoptimalkan momen ini melalui berbagai program, mulai dari pendidikan karakter yang lebih intensif, hingga kegiatan keagamaan yang memupuk rasa syukur, empati, dan kepedulian terhadap sesama.
Lebih jauh, pria yang akrab disapa Pak Barlius ini juga melihat Idul Adha sebagai ajang untuk mengembangkan nilai-nilai spiritual dan keagamaan yang fundamental pada siswa. Ia menyebutkan tiga pilar utama yang dapat dikuatkan: kepatuhan, keikhlasan, dan pengorbanan. "Kisah Nabi Ibrahim yang rela mengorbankan putranya, Ismail, adalah teladan sempurna tentang kepatuhan dan keikhlasan. Nilai-nilai ini, jika tertanam kuat sejak dini, akan membentuk pribadi-pribadi yang tangguh dan berintegritas," jelasnya.
Baginya, perayaan Idul Adha di lingkungan sekolah dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk. Bukan hanya melalui kegiatan penyembelihan kurban dan pembagian dagingnya yang melatih empati sosial, tetapi juga diskusi-diskusi yang mendalam mengenai makna qurban itu sendiri, shalat Idul Adha berjamaah di lingkungan sekolah, hingga program-program sosial yang melibatkan siswa dalam membantu masyarakat kurang mampu.
Melalui pendekatan ini, Kadisdik Barlius berharap Idul Adha dapat menjadi lebih dari sekadar hari libur keagamaan. Ia ingin agar semangat Idul Adha meresap ke dalam jiwa setiap siswa, membentuk mereka menjadi insan yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga memiliki kedalaman spiritual dan akhlak mulia, siap menjadi pemimpin masa depan yang berlandaskan nilai-nilai agama. Ini adalah visi pendidikan yang holistik, di mana kecerdasan akademik berjalan beriringan dengan kematangan spiritual dan moral. (And)