Idul Adha dalam Kacamata Prof. Ganefri: Fondasi Etika untuk Masyarakat Madani
PADANG - 6 JUNI 2025 - Perayaan Idul Adha bukanlah sekadar penanda hari besar keagamaan semata. Lebih dari itu, ia adalah sebuah oase nilai-nilai luhur yang dapat menjadi cermin bagi pembangunan peradaban yang lebih baik. Demikianlah pandangan mendalam dari Prof. Drs. H. Ganefri, M.Pd., Ph.D., seorang akademisi terkemuka dan mantan Rektor Universitas Negeri Padang. Bagi beliau, Idul Adha mengundang kita untuk merenungkan makna hakiki dari pengorbanan, kebersamaan, dan ketulusan hati.
Prof. Ganefri mengajak kita menengok kembali kisah fundamental Nabi Ibrahim yang rela mengurbankan putranya, Ismail, sebagai wujud ketaatan mutlak kepada Allah SWT. Ini, menurutnya, bukanlah sekadar narasi religius, melainkan sebuah metafora kuat tentang kesediaan untuk menomorsatukan kepentingan bersama di atas kepentingan pribadi atau kelompok. Di tengah gempuran individualisme, Idul Adha hadir sebagai pengingat abadi bahwa kemajuan sebuah bangsa berakar pada kemampuan warganya untuk berkorban demi kebaikan yang lebih besar.
Kemudian, sorot mata kita beralih pada ritual pembagian daging kurban. Prof. Ganefri melihatnya sebagai simbol tak terpisahkan dari semangat berbagi dan keadilan sosial. Di sinilah nilai-nilai solidaritas mengalir, membangkitkan empati dan kepedulian di antara sesama. Dalam masyarakat yang kian kompleks, di mana jurang sosial seringkali membentang, Idul Adha tampil sebagai pengingat akan pentingnya merangkul sesama, mengurangi kesenjangan, dan mewujudkan distribusi kebaikan yang lebih merata.
Lebih jauh, Idul Adha juga menggaungkan pesan tentang ketaatan yang tulus. Ketaatan ini, jelas Prof. Ganefri, lahir dari keyakinan yang kokoh, keteguhan hati, dan kejujuran moral yang tak tergoyahkan. Ia bukan sekadar kepatuhan buta, melainkan loyalitas yang tumbuh dari pemahaman akan nilai-nilai luhur. Dalam konteks bernegara, ketaatan ini dapat dimaknai sebagai loyalitas terhadap konstitusi, integritas dalam menjalankan amanah publik, serta kesetiaan yang tak luntur pada nilai-nilai kebangsaan. Ini adalah fondasi etika yang esensial bagi tegaknya sebuah negara yang adil dan bermartabat.
Melihat semua nilai-nilai ini, Prof. Ganefri menekankan bahwa Idul Adha sejatinya adalah pondasi kokoh untuk membangun peradaban yang unggul, adil, dan bermartabat. Oleh karena itu, ia menyerukan agar pendidikan karakter ditempatkan sebagai agenda utama. Ini bukan sekadar tentang mencetak generasi yang cerdas secara akademik, melainkan juga generasi yang tangguh dalam etika dan kaya akan empati. Pembangunan manusia, lanjutnya, tak bisa hanya diukur dari indikator ekonomi semata, tetapi juga harus berlandaskan pada kuatnya pendidikan karakter dan nilai-nilai spiritual yang diwarisi dari perayaan seperti Idul Adha.
Pada akhirnya, di tengah hiruk-pikuk kehidupan modern, perayaan Idul Adha yang pada tahun 1446 Hijriah ini bertepatan dengan Jumat, 6 Juni 2025, adalah momen krusial bagi bangsa Indonesia untuk melakukan refleksi kolektif. Ini adalah kesempatan emas untuk memperkuat kembali nilai-nilai kebangsaan, merajut kembali tali persaudaraan, dan bersama-sama melangkah maju menuju masyarakat yang lebih baik, lebih adil, dan lebih beradab. (And)