PADANG PANJANG - 22 JULI 2025 – Di tengah hiruk pikuk aspirasi pembangunan dan proyek-proyek besar, kadang kala kita lupa bahwa pelayanan publik sejati seringkali bersemayam dalam hal-hal yang paling mendasar. Sebuah kunjungan mendadak Wakil Gubernur Sumatera Barat, Vasko Ruseimy, baru baru ini ke Terminal Padang Panjang baru-baru ini menjadi pengingat pahit akan realitas tersebut.
Kunjungan itu sejatinya berawal dari niat baik. Bersama jajaran Kota Padang Panjang, Vasko Ruseimy meninjau terminal tersebut sebagai respons atas keinginan warga yang berharap terminal bisa sesekali dijadikan venue untuk ajang balap jalanan (road race) dalam setahun. Sebuah ide yang menarik, futuristik, dan berpotensi mendongkrak ekonomi lokal. Namun, di tengah bayangan megahnya event balap, mata Ruseimy justru tertumbuk pada sebuah pemandangan yang tak kalah mencolok, namun jauh dari kesan modern atau progresif: toilet umum Terminal Padang Panjang dalam kondisi terkunci dan tidak terawat.
Sebuah ironi yang menyayat hati. Fasilitas publik esensial yang seharusnya menjadi penopang aktivitas di ruang publik, justru terbengkalai. "Padahal, toilet adalah kebutuhan utama bagi siapa pun yang beraktivitas di ruang publik," ungkap Vasko Ruseimy dengan nada prihatin. "Penumpang yang menunggu, sopir yang beristirahat, ibu-ibu, anak-anak, hingga lansia. Semua membutuhkan akses yang layak dan bersih."
Pikirkan sejenak. Bagaimana seorang ibu dengan anak kecil yang kebelet? Atau seorang sopir bus yang menempuh perjalanan jauh dan butuh melepas lelah? Bagaimana pula dengan para lansia yang membutuhkan kenyamanan ekstra? Toilet bukanlah sekadar ruang buang air, melainkan sebuah indikator nyata dari kepedulian pemerintah terhadap warganya. Keberadaannya yang terkunci dan tak terawat di Terminal Padang Panjang ini adalah cermin buram dari pelayanan publik yang kehilangan esensinya.
Ruseimy melanjutkan, "Jika fasilitas dasar seperti ini tidak tersedia atau diabaikan, maka pelayanan publik kehilangan makna." Sebuah kalimat yang menohok, namun jujur. Kita bisa saja membangun gedung-gedung pencakar langit, jalan tol yang mulus, atau mengadakan event berskala nasional, tetapi jika kebutuhan dasar masyarakat diabaikan, semua kemegahan itu akan terasa hampa.
Pesan Vasko Ruseimy adalah ajakan untuk introspeksi, sebuah seruan untuk kembali ke pangkal masalah. "Mari kita mulai dari hal yang paling sederhana," ajaknya. "Pelayanan terbaik tidak selalu dimulai dari proyek besar, tapi dari perhatian terhadap kebutuhan kecil yang mendasar."
Kisah toilet terkunci di Terminal Padang Panjang ini mungkin terdengar sepele. Namun, ia adalah pengingat kuat bahwa fondasi pelayanan publik yang kuat dibangun dari perhatian terhadap detail, dari kepedulian terhadap kenyamanan setiap individu, dan dari komitmen untuk memenuhi kebutuhan dasar warga sebelum melangkah ke ambisi-ambisi yang lebih besar. Semoga insiden ini menjadi titik balik untuk perbaikan yang lebih serius dan menyeluruh. (And)