PADANG - 31 JULI 2025 - Angin lembap khas pesisir merayap di atas Jalan Sutan Syahrir, Kecamatan Padang Selatan. Namun, bukan semilir sejuk yang menyambut, melainkan pemandangan pilu yang menyayat hati di salah satu sudut kota, Kantor Dinas Perhubungan Kota Padang. Gedung yang seharusnya menjadi simbol pelayanan publik dan kebanggaan daerah ini, kini tak lebih dari monumen nyata pengabaian, sebuah potret kelam yang mengundang pertanyaan: Mengapa hati nurani kita tak tergugah?
Gambar-gambar yang beredar baru-baru ini memperlihatkan kondisi yang memprihatinkan. Atap yang menganga, reruntuhan material yang menggantung tak beraturan, serta balok-balok penopang yang tertekuk dan lapuk menjadi saksi bisu. Sebagian langit-langit telah ambruk, memperlihatkan kerangka yang telanjang, berkarat, dan dipenuhi noda kehitaman akibat rembesan air yang tak tertangani. Dinding-dindingnya pun tak luput dari kesan usang, dengan cat yang mengelupas dan lumut yang menjalar, seolah mengisahkan usia panjang yang diwarnai minimnya sentuhan perawatan.
Ironisnya, Dinas Perhubungan adalah salah satu penyumbang Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Padang. Sebuah institusi yang turut menggerakkan roda ekonomi kota, namun aset fisiknya dibiarkan merana, seolah tak berharga. Ini bukan sekadar kerusakan fisik bangunan, melainkan cerminan dari sebuah luka yang lebih dalam: luka pada tata kelola aset daerah dan prioritas pembangunan.
Suara-suara kegelisahan mulai muncul. Mastilizal Aye, Wakil Ketua DPRD Kota Padang, tak bisa menyembunyikan keprihatinannya. Saat dihubungi awak media, harapannya menggantung pada satu nama: "Mudah-mudahan beliau merespon segera," ujarnya, merujuk pada Wali Kota Padang Fadly Amran dan Wakilnya, Maigus Nasir. Pernyataan ini bukan sekadar desakan politis, melainkan seruan hati nurani yang berharap ada pergerakan, sebuah tindakan nyata untuk mengakhiri kesedihan yang terpancar dari setiap sudut bangunan tersebut.
Melihat kondisi ini, pertanyaan besar muncul di benak masyarakat: Di manakah perhatian Pemerintah Kota Padang terhadap aset-asetnya? Apakah perawatan dan pemeliharaan infrastruktur publik bukan lagi prioritas? Gedung ini bukan hanya sekumpulan tembok dan atap; ia adalah wajah pelayanan, tempat di mana birokrasi bertemu dengan rakyat, dan di mana roda pemerintahan bergerak. Ketika wajah itu kusam dan rusak, ada pesan yang secara tak langsung disampaikan kepada publik: bahwa ada hal-hal mendasar yang terabaikan.
Padang, sebuah kota yang kaya akan budaya dan keindahan alam, seharusnya mampu memancarkan citra kota yang terkelola dengan baik, termasuk dalam hal pemeliharaan aset daerah. Kantor Dinas Perhubungan yang porak-poranda ini adalah pengingat yang menyakitkan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan.
Kini, bola ada di tangan Pemko Padang. Harapan Mastilizal Aye, serta harapan seluruh warga kota, adalah agar Wali Kota dan Wakil Wali Kota tidak hanya merespon, tetapi juga bertindak cepat dan konkret. Perbaikan bukan hanya tentang merekonstruksi fisik bangunan, tetapi juga membangun kembali kepercayaan publik terhadap komitmen pemerintah dalam menjaga dan memelihara aset daerah. Karena pada akhirnya, kondisi sebuah gedung publik adalah cermin dari seberapa besar kepedulian sebuah pemerintahan terhadap rakyatnya dan terhadap kota yang mereka pimpin. (And)