TANAH DATAR - Di tengah keindahan alamnya yang asri, Kenagarian Aie Angek, Tanah Datar, menyimpan potensi bahaya yang tak bisa diabaikan. Letaknya yang bersebelahan dengan Gunung Marapi, gunung api paling aktif di Sumatera Barat, menjadikan nagari ini sangat rentan terhadap bencana. Potensi bahaya itu menjadi nyata ketika erupsi dan banjir lahar dingin menerjang pada 11 Mei 2024, meluluhlantakkan sebagian besar wilayah Aie Angek. Namun, di balik duka, harapan baru mulai muncul. Sebuah tim pengabdian (15/8) dari Program Studi Magister Manajemen Bencana (MMB) Pascasarjana Universitas Andalas (Unand) datang membawa ilmu dan kepedulian.
Dipimpin langsung oleh Ketua Program Studi MMB, Fauzan, MT, Ph.D, tim pengabdian ini hadir bukan sekadar memberi bantuan, melainkan menanamkan benih kesiapsiagaan. Para akademisi berpengalaman ikut serta, termasuk Prof. Dr. Bambang Istiyono yang ahli dalam fenomena alam, Prof. Dr. Afrizal yang fokus pada ilmu tanah, dan Dr. Basril Basyar yang menguasai komunikasi bencana. Mereka tidak hanya berbagi pengetahuan di atas panggung, tetapi juga berinteraksi langsung dengan masyarakat dan mahasiswa KKN Unand yang ditempatkan di nagari ini.
Dalam sesi pemaparan yang penuh antusiasme, setiap narasumber membekali masyarakat dengan pemahaman mendalam. Prof. Bambang menjelaskan bagaimana memprediksi bencana dari fenomena alam, menekankan bahwa kewaspadaan adalah kunci utama keselamatan. Sementara itu, Prof. Afrizal memberikan wawasan tentang cara mengelola tanah di sekitar gunung berapi. "Biasanya, setelah erupsi, lahan di kawasan ini akan subur. Kita harus tahu cara memanfaatkannya," ujarnya, memberikan secercah harapan di tengah trauma. Tak kalah penting, Dr. Basril Basyar membahas pola komunikasi yang efektif saat bencana, menyoroti peran tokoh-tokoh kunci dalam menyebarkan informasi. Ia mengingatkan bahwa kesiapsiagaan adalah hal yang harus terus-menerus diasah, karena bencana bisa datang kapan saja.
Kedatangan tim Unand disambut hangat oleh Walinagari Aie Angek yang menyampaikan rasa terima kasih atas perhatian dan dukungan yang diberikan. Langkah nyata dari pengabdian ini adalah rencana pemasangan Early Warning System (EWS). Alat ini akan menjadi "mata dan telinga" bagi nagari, memberikan peringatan dini yang sangat krusial saat bencana mengancam. Pemasangan EWS ini diharapkan dapat meminimalisir risiko dan melindungi nyawa serta aset masyarakat Aie Angek.
Pengabdian ini lebih dari sekadar program; ini adalah bukti komitmen Unand untuk berkontribusi langsung kepada masyarakat. Dengan kolaborasi antara akademisi, mahasiswa, dan masyarakat, Nagari Aie Angek sedang melangkah maju, mengubah kerentanan menjadi kekuatan. Mereka belajar tidak hanya untuk bertahan, tetapi juga untuk bangkit dan siap siaga menghadapi segala kemungkinan yang ada, menjadikan Aie Angek sebagai contoh nagari yang tangguh bencana. (And)