Keberhasilan pasangan Fadly Amran dan Maigus Nasir memenangkan dan memimpin Kota Padang tidak hanya mencetak sejarah kepemimpinan di ibu kota Sumatera Barat, tetapi juga menumbuhkan sebuah narasi politik yang kian menguat di tengah masyarakat. Bahwa dua sosok ini adalah cermin pemimpin sejati yang siap menduduki panggung politik yang lebih besar.
Tentu saja, narasi ini bukan sekadar kabar angin. Ia dibangun di atas fondasi kinerja dan latar belakang yang saling melengkapi, menjadikannya layak untuk dikaji secara berimbang.
Fadly Amran, Datuak Paduko Malano, membawa aura politisi muda dengan latar belakang yang modern namun tetap mengakar. Lulusan bisnis dari Universitas Seattle, Amerika Serikat, dan penerus dinasti pengusaha (Yayasan Pendidikan Baiturrahmah), Fadly mampu menerjemahkan visi Padang menjadi target terukur.
Masyarakat mencatat, implementasi Sembilan Program Unggulan (Progul) seperti Padang Amanah, Smart Surau, hingga UMKM Naik Kelas, dinilai berjalan mulus. Program ini adalah manifestasi dari visi besar "Kota Pintar (Smart City) dan Kota Sehat berlandaskan agama dan budaya." Keberhasilan mewujudkan program ini di tengah masa kepemimpinan yang belum lama, menjadi modal politik yang amat berharga.
Narasi yang paling menonjol adalah kemampuan Fadly Amran dan Maigus Nasir menciptakan lapangan kerja di tengah defisit anggaran. Perekrutan tenaga kebersihan dan pembangunan infrastruktur drainase serta perbaikan infrastruktur jalan misalnya, dipandang sebagai kebijakan yang menyentuh akar rumput. Ini adalah bukti bahwa manajemen ala pengusaha dapat diaplikasikan secara efektif dalam birokrasi, sekaligus menepis keraguan terhadap kapabilitas pemimpin muda.
Sentimen positif inilah yang kini memunculkan rumor kuat. Bahwa Fadly Amran dinilai pantas untuk "naik tahta" menuju kursi Gubernur Sumatera Barat kedepannya.
Jika Fadly Amran mewakili semangat modernitas, Maigus Nasir memberikan jangkar pengalaman dan nilai-nilai religius. Latar belakangnya sebagai mubalig, pengusaha, guru, dan mantan Ketua DPRD Kota Padang (1999–2004) menjadikannya kombinasi yang matang.
Dalam konteks kepemimpinan Padang, Maigus adalah sosok yang dinilai mampu menjaga Sinergi Nagari dan memperkuat dimensi keagamaan dalam program Smart Surau. Pengalamannya di dunia pendidikan dan organisasi masyarakat seperti Muhammadiyah dan Pramuka, memastikan program pembangunan tidak hanya bersifat fisik, tetapi juga membangun karakter masyarakat.
Tak heran, pasangan ini dilihat sebagai duet yang serasi. Mereka dinilai berhasil menjaga keseimbangan antara kebijakan makro dari Balai Kota dan kepedulian mikro melalui kunjungan langsung ke lapangan. Kepatuhan pada aturan dan kepedulian terhadap bawahan dipandang sebagai cerminan integritas yang tidak bisa ditawar.
Wacana naiknya Fadly Amran ke Sumbar dan Maigus Nasir menjadi Wali Kota Padang adalah logika politik yang seolah telah disiapkan oleh masyarakat.
1 Fadly Amran ke Sumbar: Dengan bekal keberhasilan di dua daerah (Padang Panjang dan Padang) serta jaringan kepemudaan dan politik (Ketua DPW NasDem Sumbar), Fadly dinilai memiliki track record manajerial yang cukup untuk memimpin provinsi.
2 Maigus Nasir ke Wali Kota Padang: Rekam jejaknya yang teruji di legislatif dan eksekutif, serta kedalaman pemahaman terhadap masyarakat Padang, menjadikannya suksesor yang paling natural dan matang.
Namun, ada tantangan berimbang yang perlu disoroti:
* Ujian Konsistensi: Kekuatan narasi ini sangat bergantung pada konsistensi Fadly dan Maigus dalam menjalankan sisa masa jabatan di Padang. Jika momentum kinerja terganggu, sentimen positif ini dapat memudar.
* Tantangan Gubernur: Sumatera Barat memiliki kompleksitas masalah yang jauh lebih besar dari sekadar kota, mulai dari konektivitas wilayah, pengembangan pariwisata berbasis budaya, hingga mitigasi bencana. Fadly Amran harus membuktikan bahwa skill manajerialnya dapat diterapkan dalam skala regional yang lebih luas.
* Independensi Maigus: Jika Maigus Nasir maju sebagai Wali Kota Padang, ia harus membuktikan bahwa ia mampu menjadi pemimpin mandiri, lepas dari bayang-bayang Fadly Amran, dan tetap mempertahankan inovasi yang telah dibangun.
Kesimpulannya, Fadly Amran dan Maigus Nasir telah sukses membangun modal kepercayaan publik yang tinggi. Modal ini membuka jalan bagi mereka ke panggung politik yang lebih tinggi. Kini, bola berada di tangan mereka. Apakah narasi indah ini akan menjadi kenyataan, ataukah ia hanya akan menjadi pujian yang tertinggal di masa lalu, sangat bergantung pada bagaimana mereka menanggapi ujian lapangan yang masih berjalan hari ini.
Padang, 30 Oktober 2025
Penulis: Andarizal
