Di jantung Ranah Minang, tempat kabut pagi sering menyelimuti bukit-bukit barisan, lahirlah seorang putra Padang yang menapaki takdirnya melintasi mimbar dakwah, gelanggang usaha, hingga panggung politik. Dialah Maigus Nasir, yang menyandang gelar adat agung Rajo Mangkuto, sebuah gelar yang meramalkan mahkota kepemimpinan di pundaknya.
Kelahiran pada 22 Agustus 1967 di Padang menandai permulaan sebuah perjalanan yang kaya. Ia ditempa dalam lingkungan pendidikan Muhammadiyah, organisasi tempat ia tumbuh dan mengabdi sejak muda. Dari bangku sekolah di Nanggalo hingga almamater MA Koto Baru Padang Panjang, benih idealisme dan semangat penggerak telah tertanam. Takdir membawanya menjadi seorang guru SMP Muhammadiyah, lalu Kepala Sekolah, sebelum akhirnya ia menggenggam sarjana sejarah dan magister pendidikan agama Islam. Maigus Nasir adalah perwujudan sinergi antara guru, ulama, dan pemimpin.
Kiprah Maigus Nasir tak pernah lepas dari gerakan. Di usia yang masih belia, ia telah memimpin sebagai Ketua Umum Ikatan Pelajar Muhammadiyah Sumatera Barat (1985–1990), sebuah posisi yang menempanya dalam seni mengorganisasi dan berbicara di depan publik. Getir dan manisnya mengurus umat ia rasakan melalui peran-peran vital di Muhammadiyah, termasuk menjadi Ketua Pimpinan Daerah Muhammadiyah Kota Padang selama dua belas tahun (2010–2022).
Puncak dari energi mudanya terukir pada tahun 1999, ketika di usia 32 tahun, Maigus Nasir dilantik sebagai Ketua DPRD Kota Padang. Ini adalah sebuah anomali kepemimpinan muda, sebuah meteor yang melesat cepat di langit politik lokal. Namun, masa jabatannya dibayangi oleh gelombang sejarah yang bergejolak, terutama kasus hukum terkait APBD yang kemudian berujung pada pembebasan di Mahkamah Agung, yang memulihkan harkatnya. Kisah ini menjadi babak ujian yang menguji ketangguhan sang pemimpin.
Setelah purna tugas di legislatif, Maigus Nasir tidak berhenti. Ia mengabdikan dirinya pada urusan umat sebagai Direktur Eksekutif Baznas Kota Padang (2006–2014), mengelola amanah zakat, sebuah bukti nyata kepedulian sosialnya.
Di saat yang sama, ia merambah dunia usaha. Dengan mendirikan PT Raihana Mubarakah Tour & Travel pada tahun 2008, ia tidak hanya berbisnis, tetapi juga memfasilitasi mimpi spiritual ribuan umat untuk menunaikan ibadah haji dan umrah. Dalam jejak langkahnya, terlihat jelas bahwa nilai-nilai dakwah dan bisnis berjalan beriringan, sebuah sintesis khas seorang saudagar-ulama Minang. Ia adalah Komisaris Utama yang hatinya tetap terpaut pada mimbar dan safar suci.
Panggilan politik tak pernah padam. Pada 2013, Maigus Nasir mencicipi tantangan pertama sebagai calon Wali Kota Padang jalur independen, sebuah upaya tulus yang meskipun belum berhasil, menunjukkan keberaniannya menempuh jalan sunyi. Ia adalah penunggu yang sabar.
Penantian itu terbayar di Pemilu 2024. Bersanding dengan Fadly Amran, melalui dukungan koalisi besar yang dipimpin Partai NasDem, mimpi itu akhirnya menjadi kenyataan. Mereka memenangkan pertarungan, meraih mandat rakyat dengan perolehan suara yang signifikan.
Pada 20 Februari 2025, di Istana Negara, Rajo Mangkuto mengenakan mahkota kepemimpinan, dilantik sebagai Wakil Wali Kota Padang periode 2025–2030.
Dari bangku guru, mimbar dakwah, hingga ke Wakil Walikota Padang, kisah Maigus Nasir adalah epos tentang dedikasi. Ia adalah figur yang telah meniti setiap jenjang pengabdian, dari Ketua Pelajar Muhammadiyah, Ketua DPRD termuda, Ketua DMI, hingga kini, penentu arah langkah Kota Padang. Jejak langkahnya adalah warisan bagi Ranah Minang, bahwa seorang pemimpin sejati lahir dari rahim organisasi, ditempa oleh ujian, dan dimahkotai oleh kepercayaan rakyat. Maigus Nasir, sang Rajo Mangkuto, telah tiba di takhta pengabdiannya.
Padang, 20 Oktober 2025
By: Andarizal
