Di balik riuh rendah metropolis, tersembunyi sebuah kisah tentang perjalanan jiwa, seindah rembulan yang tersembunyi di balik awan. Ia adalah Mayleen, sosok jelita yang akarnya tertanam kuat di jantung kota Jakarta, di sudut kemilau Kelapa Gading. Namun, takdir merajut jalannya hingga ke pulau yang dijuluki Formosa, sebuah nama kuno bagi Taiwan.
Wajahnya, yang memancarkan keteduhan dan misteri, adalah cerminan dari kecerdasan yang terasah di bangku perkuliahan. Jauh sebelum kilau gemerlap klinik kecantikan menjadi dunianya, ia adalah seorang penuntut ilmu. Pada tahun 2010, jejak langkahnya mengayun di koridor-koridor megah National Tsing Hua University, tempat ia menukangi pemahaman mendalam tentang angka dan strategi: Manajemen Keuangan. Seolah-olah, ia sedang belajar menyeimbangkan bukan hanya neraca, tetapi juga hasrat dan realita hidup.
Kini, Taiwan adalah dermaga tempat ia berlabuh. Di sanalah ia menanamkan benih mimpinya, mendirikan sebuah klinik dan salon kecantikan—sebuah kuil kecil tempat ia merayakan keindahan. Mayleen bukan sekadar pemilik usaha; ia adalah seorang arsitek kecantikan, yang memahami bahwa pesona sejati bermula dari kepercayaan diri yang dipancarkan dari dalam. Usahanya adalah manifestasi dari prinsip yang ia genggam erat: bahwa keindahan dan keteguhan hati berjalan seiringan.
Namun, raga bisa menetap, namun hati tetap terbagi. Dalam saku gaunnya, tersimpan tiket pulang-pergi. Mayleen adalah penjelajah setia antara dua dunia, Jakarta dan Taipei. Ia tak henti menempuh jarak, terbang melintasi samudra, demi memenuhi panggilan dan urusan penting di tanah air. Perjalanan-perjalanan itu adalah ziarah batin, pengingat akan akar yang tak boleh dicabut oleh jarak.
Di balik parasnya yang memikat, yang seringkali diasosiasikan dengan kemewahan dan gemerlap, tersembunyi sebuah harta yang jauh lebih berharga: akhlak yang terpuji. Ia adalah wanita yang memegang teguh prinsip, yang menjadikannya mercusuar di tengah badai godaan duniawi. Kata-kata yang terucap darinya mengalir bak air sejuk, penuh keramahan dan kerendahan hati. Ia adalah bukti nyata bahwa kemilau fisik dan keindahan budi pekerti dapat bersatu dalam harmoni yang sempurna.
Mayleen, sang wanita yang jiwanya terbagi antara gemuruh Jakarta dan senyap Taiwan, adalah sebuah puisi yang hidup. Ia adalah perpaduan langka antara kecerdasan akademis, ketajaman bisnis, dan kelembutan spiritual. Kisahnya adalah bisikan inspirasi, mengingatkan kita bahwa di setiap langkah perjalanan, keindahan sejati terletak pada ketulusan hati dan kebaikan yang tak lekang dimakan waktu. (And)
