SUMBAR - Terlarut dalam keheningan sore menjelang senja, di Nagari Sungai Jambur, Kabupaten Solok, sebuah proyek konstruksi sungai tengah berjalan, menyisakan jejak-jejak aktivitas tanpa identitas yang jelas. Kamis, 10 Juli 2025, pukul 17:10 WIB, menjadi saksi upaya tim media menelusuri alur Sungai Jambur, tempat di mana bebatuan dan material pengerukan menumpuk rapi di sepanjang tepian, membentuk benteng-benteng baru yang kokoh.
Pemandangan di lokasi menunjukkan sebuah transformasi signifikan pada lanskap sungai. Tepian yang dulunya mungkin rentan erosi, kini diperkuat dengan tanggul berbahan dasar kerikil dan batu, hasil dari pengerukan yang masif. Sebuah alat berat, ekskavator, teronggok diam di tengah lokasi, ditemani molen pengaduk beton, mengisyaratkan bahwa pekerjaan besar baru saja terhenti atau akan segera berlanjut. Namun, pada waktu kunjungan itu, keheninganlah yang merajai, tanpa ada seorang pekerja pun yang terlihat.
Proyek ini, yang oleh beberapa pihak dijuluki sebagai proyek "siluman", menarik perhatian bukan hanya karena skalanya, tetapi juga karena misteri yang menyelimutinya. Tidak ada plang proyek, penanda transparan yang seharusnya menjadi jaminan akuntabilitas pemerintah dalam setiap penggunaan anggaran negara. Ketiadaan informasi ini menimbulkan pertanyaan besar: instansi mana yang bertanggung jawab atas pekerjaan ini?
Upaya tim media untuk menggali informasi lebih lanjut membawa mereka kepada Oyon, seorang warga setempat yang seakan menjadi penjaga memori kolektif lingkungan. Dengan ramah, Oyon membeberkan apa yang ia ketahui. "Yang melakukan pengerukan sungai ini Haji Z, itu alatnya yang dipakai untuk mengeruk," ujar Oyon sembari menunjuk ke arah ekskavator yang terparkir. Nama Haji Z kini menjadi satu-satunya identitas pasti di balik proyek yang menyelimuti kabut ini.
Namun, ketika ditanya perihal instansi pengawas, nada suara Oyon sedikit berubah, diselimuti keraguan. "Kalau instansi yang mengelola proyek ini menurut info yang saya dapat antara SDABK Provinsi dan Balai Sungai," tuturnya, mengulang informasi yang didapatnya dari para pekerja di lapangan yang juga tak sepenuhnya yakin. Ketidakpastian ini semakin mempertegas sifat "siluman" proyek tersebut, di mana bahkan para pelaksana di lapangan pun tidak memiliki kejelasan penuh mengenai payung hukum pekerjaan mereka.
Lebih lanjut, Oyon menyoroti absennya plang proyek, sebuah detail krusial yang ia anggap sebagai bukti minimnya transparansi. "Apalagi plang proyek sebagai bentuk transparansi pemerintah dalam mengelola keuangan negara melalui kegiatan ini tidak ada sama sekali di sepanjang lokasi pekerjaan," tegasnya.
Meskipun demikian, perspektif warga lokal seperti Oyon memberikan nuansa yang berbeda. Baginya dan warga lain, urgensi proyek ini terletak pada manfaat langsungnya bagi kehidupan mereka. "Bagi kami yang penting sungai yang kerap meluap saat hujan lebat dan membanjiri sawah-sawah bisa dibangun infrastruktur untuk pengendalian banjirnya. Tidak penting bagi kami instansi apa yang mengerjakan," ungkap Oyon, menekankan bahwa keselamatan dan kesejahteraan mereka jauh lebih penting daripada birokrasi dan legalitas proyek yang tidak jelas. Kerelaan warga untuk menerima proyek ini, terlepas dari ketidakjelasannya, adalah cerminan dari kebutuhan mendesak akan solusi banjir yang telah lama menghantui mereka.
Namun, di sisi lain, misteri ini semakin dalam ketika tim media mencoba mengonfirmasi kepada salah satu pejabat penting dari Dinas SDABK Sumatera Barat melalui telepon. Jawaban yang diterima sangat singkat dan tegas: "Saya tidak mendapat info terkait proyek tersebut, menurut saya itu bukan kegiatan SDABK Sumbar." Penolakan ini semakin memperkeruh identitas proyek, meninggalkan tanda tanya besar mengenai siapa sebenarnya yang bertanggung jawab dan membiayai pembangunan skala ini.
Hingga saat berita ini diturunkan, tirai misteri proyek "siluman" di Sungai Jambur belum sepenuhnya terbuka. Tim media masih terus berupaya mengumpulkan informasi dan data-data yang lebih akurat, serta mengonfirmasi kepada pihak-pihak terkait lainnya, berharap bisa menyingkap tabir di balik pembangunan yang senyap namun masif ini. Proyek ini menjadi sebuah narasi ironis tentang pembangunan yang bermanfaat bagi masyarakat, namun dilakukan di bawah selubung ketidakjelasan, menyoroti tantangan transparansi dalam pelaksanaan proyek infrastruktur di daerah. (And)