Talamau, Pasaman Barat – Di tengah hiruk pikuk kehidupan, seringkali ada kisah-kisah sunyi yang tersembunyi, kisah tentang perjuangan dan penderitaan yang luput dari perhatian. Tepatnya, pada tanggal 14 Juli 2025, sebuah cahaya terang menyinari salah satu sudut Pasaman Barat, membawa harapan baru bagi seorang pria bernama Fajri, atau yang akrab disapa Makmun. Di hari yang bersejarah itu, Vasko Ruseimy, sosok Wakil Gubernur Sumatera Barat yang dikenal akan kepeduliannya, memimpin langsung misi kemanusiaan untuk membebaskan Makmun dari belenggu pasungan yang telah lama mengikatnya.
Gambar yang terabadikan merekam momen haru tersebut, Vasko Ruseimy berdiri tegak di hadapan Makmun, tangannya dengan lembut menyentuh pundak pria yang bertahun-tahun terpaksa hidup dalam isolasi karena gangguan jiwa. Di sekeliling mereka, wajah-wajah penuh empati dari tim dan masyarakat turut menyaksikan, menjadi saksi bisu dari sebuah tindakan kemanusiaan yang patut diapresiasi. Vasko Ruseimy menjelaskan bahwa kondisi Makmun bukanlah cerminan ketidakpedulian keluarganya, melainkan buah dari keterbatasan pengetahuan dan akses yang minim terhadap pengobatan yang layak. "Ini bukan karena keluarganya tak peduli," tegas Vasko, "tapi karena keterbatasan pengetahuan dan akses pengobatan yang layak." Sebuah pernyataan yang menggarisbawahi kompleksitas masalah kesehatan mental di tengah masyarakat.
Pembebasan Makmun lebih dari sekadar melepaskan ikatan fisik, ini adalah simbol pembebasan dari stigma, dari ketidakmengertian, dan dari sunyinya penderitaan. "Hari ini, Makmun akhirnya dibebaskan – untuk dirawat, dipulihkan, dan diperlakukan dengan penuh empati," ucap Vasko Ruseimy, suaranya mengandung harapan yang mendalam. Kata-kata tersebut tidak hanya ditujukan kepada Makmun, tetapi juga kepada seluruh masyarakat, menyerukan sebuah revolusi empati dalam cara kita memandang dan menangani isu kesehatan mental.
Pesan Vasko Ruseimy sangat jelas dan menggema. "Tak seorang pun pantas dipasung hanya karena sakit, dan tak ada keluarga yang seharusnya menghadapi ini sendirian." Ini adalah seruan untuk kolektivitas, untuk sebuah sistem dukungan yang kuat di mana setiap individu, terlepas dari kondisi mentalnya, mendapatkan hak yang sama untuk hidup bermartabat. Ini adalah janji bahwa Sumatera Barat tidak akan membiarkan warganya "dikurung dalam sunyi."
Ikhtiar ini, sebagaimana disebut Vasko Ruseimy, adalah langkah awal dari sebuah perjalanan panjang. Sebuah perjalanan untuk memastikan bahwa setiap warga Sumatera Barat memiliki akses terhadap perawatan kesehatan mental yang komprehensif, sebuah perjalanan untuk menghilangkan stigma, dan sebuah perjalanan untuk membangun masyarakat yang lebih inklusif dan peduli.
Di akhir penjelasannya, Vasko Ruseimy menyampaikan harapan dan doa tulus: "Doakan Makmun, agar ia bisa pulih dan hidup lebih bermartabat, karena kesehatan mental adalah hak setiap manusia." Sebuah kalimat sederhana, namun sarat makna, mengingatkan kita semua akan hak fundamental yang seringkali terabaikan. Kisah Makmun, yang kini telah menemukan jalan menuju pemulihan, menjadi mercusuar harapan, membuktikan bahwa dengan kepedulian dan aksi nyata, perubahan positif adalah mungkin. (And)