Hidup adalah perjalanan yang penuh dengan pilihan. Setiap hari, kita dihadapkan pada persimpangan di mana kita harus memutuskan jalan mana yang akan kita ambil. Jalan menuju kekayaan, kekuasaan, atau popularitas seringkali terlihat begitu menggiurkan. Namun, ada satu jalan lain yang sering terabaikan, jalan yang menuntun kita pada satu-satunya harta yang tak akan pernah pudar: akhlak.
Akhlak bukanlah sekadar sopan santun atau tata krama. Ia adalah cerminan dari hati yang terdalam, sebuah permata yang kilaunya memancarkan kebaikan dan ketulusan. Ia terlihat dari cara kita berbicara, bagaimana kita memperlakukan orang lain, dan seberapa besar empati yang kita miliki. Akhlak adalah fondasi yang kokoh, yang menopang seluruh bangunan kehidupan kita.
Dalam hiruk pikuk dunia modern, kita seringkali terjebak dalam perlombaan untuk mengumpulkan harta. Kita bekerja tanpa henti, mengejar pangkat yang lebih tinggi, dan berusaha tampil sempurna di mata orang lain. Namun, semua itu hanyalah bayangan. Ketika fajar kehidupan mulai memudar, kita akan menyadari bahwa yang paling berharga bukanlah seberapa tebal dompet kita, melainkan seberapa tulus kita pernah mengasihi, seberapa besar kita pernah memberi, dan seberapa baik kita pernah berbuat.
Maka, marilah kita berhenti sejenak. Mari kita renungkan. Apakah kita telah menghargai orang-orang yang tulus menyayangi, mengasihi kita? Apakah kita telah membalas kebaikan dengan kebaikan? Apakah kita telah memaafkan mereka yang menyakiti, dan meminta maaf ketika kita salah?
Sebab, pada akhirnya, yang akan dikenang dari kita bukanlah seberapa sukses kita di mata dunia, melainkan seberapa baik kita sebagai manusia. Akhlak adalah warisan paling mulia yang bisa kita tinggalkan, sebuah jejak kebaikan yang akan terus bersinar, bahkan setelah kita tak lagi di sini. Ia adalah permata yang tak lekang oleh waktu, tak bisa dicuri, dan akan selalu menjadi harta yang paling berharga dalam kehidupan kita.
Padang, 12 September 2025
By: Andarizal
