Dari Rantau untuk Kampung Halaman: Dana Perantau Diharapkan Jadi Penguat Bank Nagari

Sumatra Barat, negeri elok berjuluk Ranah Minang, tak hanya dikenal dengan keindahan alam dan kekayaan budayanya, tapi juga dengan tradisi merantaunya yang kuat. Anak-anak negerinya tersebar di seantero Nusantara, bahkan hingga ke berbagai penjuru dunia, mengarungi samudra kehidupan demi meraih asa dan mencari penghidupan yang lebih baik. Namun, sejauh apapun langkah kaki mereka pergi, hati perantau Minang tak pernah sepenuhnya terlepas dari tanah kelahirannya. Ikatan batin nan kuat inilah yang kini coba dirajut lebih erat oleh Pemerintah Provinsi Sumatra Barat untuk satu tujuan mulia: memperkokoh tiang perekonomian daerah melalui penguatan Bank Nagari.

Bank Nagari, sebagai badan usaha milik daerah (BUMD), ibarat jantung ekonomi Ranah Minang. Keberlanjutan dan kekuatannya menjadi tumpuan harapan bagi denyut nadi pembangunan dan kesejahteraan masyarakat. Menyadari potensi luar biasa yang dimiliki oleh para perantau, (20/4/2025) Gubernur Sumatra Barat, Mahyeldi, tak ragu mengulurkan tangan, mengajak mereka yang berada jauh di rantau untuk pulang—setidaknya dalam bentuk kontribusi dan kolaborasi.

"Kami punya organisasi Gebu Minang namanya," ujar Gubernur Mahyeldi dalam sebuah kesempatan. "Dari organisasi itu tergabung perantau dari berbagai daerah. Saya berharap perantau yang ada, bisa ikut mendorong penguatan terhadap perbankan di daerah yakni Bank Nagari."

Ajakan ini bukan tanpa alasan. Mahyeldi mengakui, kemajuan ekonomi Sumbar selama ini tak bisa dilepaskan dari kucuran "darah segar" yang mengalir dari perantau. Dana yang mereka kirimkan tak hanya menopang kebutuhan keluarga di kampung, tetapi juga menggerakkan pembangunan, mulai dari perbaikan jalan-jalan desa yang berliku, renovasi atau pembangunan tempat ibadah yang menjadi pusat kegiatan masyarakat, hingga permodalan bagi para pelaku usaha mikro yang menjadi tulang punggung ekonomi akar rumput. Kontribusi nyata ini telah terbukti mendorong geliat perekonomian masyarakat secara signifikan.

Namun, tantangan ekonomi di Sumbar masih terhampar di depan mata. Salah satu yang menjadi perhatian serius adalah tingginya Rasio Loan to Deposit Ratio (LDR) perbankan di Sumbar yang mencapai 127%–129%. Angka ini jauh melampaui rasio ideal 84%–94%, menandakan bahwa dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun perbankan lokal belum cukup untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan atau kredit yang tinggi. Di sinilah peran sentral perantau kembali diharapkan.

Bank Nagari, dengan total DPK yang dihimpun sekitar Rp17,25 triliun saat ini, memerlukan suntikan dana segar dari luar Sumbar. Dan siapa lagi sumber yang paling potensial selain para perantau Minang yang sukses di berbagai penjuru negeri dan dunia? Selama ini, Bank Nagari memang banyak bergantung pada dukungan dari institusi di Jakarta. Namun, dana dari deposan korporasi ini seringkali datang dengan "harga" yang tinggi, berupa permintaan suku bunga yang tinggi pula. Akibatnya, harga pokok dana bank ikut melambung, membuat Bank Nagari kesulitan menyalurkan kredit dengan bunga rendah kepada pelaku usaha kecil dan menengah di daerah.

Maka, cara yang paling sederhana namun berdampak besar yang diharapkan dari perantau adalah dengan membuka rekening dan menempatkan dana mereka di Bank Nagari. "Saya membidik dukungan yang lebih maksimal dari para perantau Minang terhadap pelaksanaan Program Unggulan (Progul) Pemprov Sumbar periode 2025-2030," tutur Mahyeldi. "Saya berharap hal ini bisa direspon dengan cara membuka rekening di Bank Nagari."

Gubernur optimis, dengan layanan Bank Nagari yang kini semakin canggih dan mudah diakses untuk pengelolaan keuangan, tak ada alasan bagi perantau untuk ragu. Lebih dari sekadar transaksi finansial, memiliki rekening di bank daerah sendiri juga menjadi jembatan emosional. "Dengan adanya layanan yang mudah, ada baiknya agar perantau lebih dekat dengan keluarga di kampung halaman, bisa melalui sama-sama mempunyai rekening Bank Nagari," imbuhnya, merajut benang silaturahmi melalui koneksi perbankan.

Kolaborasi yang erat antara perantau dan pemerintah daerah ini, melalui wadah Bank Nagari, diyakini akan menjadi kunci kesuksesan pelaksanaan Progul Pemprov Sumbar, yang pada akhirnya akan memberikan dampak ekonomi positif yang langsung dirasakan oleh masyarakat luas. Mahyeldi mengakui bahwa kolaborasi ini sebelumnya belum terjalin sebaik yang diharapkan, padahal niat antara perantau dan pemerintah daerah sama-sama mulia: membangun Sumbar agar lebih maju dan berkembang. Melalui Bank Nagari, diharapkan akan tercipta jalan yang lebih mudah dan lancar untuk mewujudkan Sumatra Barat yang sejahtera.

Kebersamaan perantau dan pemerintah daerah ini akan sangat meringankan langkah pemerintah dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ada di Ranah Minang. Dan langkah awal itu, sekali lagi ditekankan, bisa dimulai dari tindakan sederhana namun sarat makna: membuka rekening di Bank Nagari. "Mari kita bangun kampung halaman bersama-sama. Semua itu bisa kita awali dengan membuka rekening di Bank Nagari, insyaAllah itu akan berdampak positif untuk kampung halaman kita nantinya," ajak Mahyeldi dengan penuh harap.

Panggilan ini disambut baik oleh Ketua Umum DPP Gebu Minang, Oesman Sapta Odang. Ia menyatakan kesiapan Gebu Minang untuk membantu pembangunan daerah. Semangat ini memang telah menjadi denyut nadi Gebu Minang sejak awal didirikan, yakni menghimpun dan membina potensi masyarakat Minang di perantauan, khususnya di bidang ekonomi dan kebudayaan. "Apa yang diharapkan gubernur, memang sudah sejalan dari tujuan adanya Gebu Minang," tegasnya.

Oesman Sapta Odang memaparkan, peran perantau selama ini sudah terlihat dan terasa dalam berbagai bentuk. Selain remitansi yang menjadi tulang punggung, mereka juga berinvestasi, membangun infrastruktur sosial seperti sekolah dan rumah sakit, aktif dalam upaya pelestarian adat dan budaya yang adiluhung, serta memberikan masukan berharga bagi gerak pembangunan yang sedang berjalan.

Data dari Bank Indonesia (BI) menjadi saksi bisu betapa besarnya aliran dana dari perantau Minang. Pada tahun 2022, besaran remitansi yang tercatat mencapai Rp13,4 triliun, dan meningkat menjadi Rp14,2 triliun pada tahun 2023. Bahkan, sumber data lain memperkirakan total remitansi ke Sumbar, termasuk dalam bentuk non-bank yang sulit terdeteksi, bisa menembus angka Rp20 triliun hingga Rp25 triliun setiap tahunnya. Angka-angka fantastis ini menegaskan bahwa perantau Minang memang layak disematkan predikat "pahlawan ekonomi" sekaligus "duta budaya" Ranah Minang. Dukungan mereka melampaui sekadar aspek finansial, merambah ke sosial, pendidikan, pengembangan sumber daya manusia, pelestarian adat dan budaya, bahkan hingga pengaruh dalam aspek politik dan kebijakan.

Kini, panggilan dari Ranah Minang kembali terdengar di telinga para perantau. Bukan sekadar panggilan rindu, melainkan panggilan partisipasi. Panggilan untuk menjadikan Bank Nagari sebagai wadah kolektif, tempat dana-dana mereka berkumpul, berputar, dan kembali mengalir deras menjadi kekuatan pendorong pembangunan di tanah kelahiran. Ini adalah babak baru dalam sejarah panjang tradisi merantau Minang: merajut kekuatan dari rantau untuk kesejahteraan kampung halaman, demi Ranah Minang yang lebih maju dan gemilang. (And) 


Topik Terkait

Baca Juga :