Ketahanan Pangan Dimulai dari Rumah: Mengoptimalkan Lahan Kosong Bersama Irfendi Arbi

PAYAKUMBUH - 18 MEI 2025 - Masa jabatan sebagai Bupati Lima Puluh Kota ke-21 telah usai pada 17 Februari 2021, namun pandangan visioner Ir. Irfendi Arbi, M.P. terhadap potensi di sekitar kita tetap relevan. Jauh sebelum isu ketahanan pangan mengemuka dengan lebih lantang, Irfendi Arbi telah memiliki kebiasaan dan keyakinan mendalam tentang pentingnya memanfaatkan setiap jengkal lahan yang tak terpakai. Baginya, lahan kosong bukanlah sekadar ruang hampa, melainkan kanvas peluang yang menunggu untuk diubah menjadi sumber kehidupan dan kesejahteraan.

Dalam benak mantan Bupati ini, menanami lahan kosong dengan berbagai kebutuhan sehari-hari adalah langkah strategis yang dampaknya merambah multi-sektor. Ia berujar, dengan menanam sayuran segar, buah-buahan ranum, atau rempah-rempah wangi tepat di pekarangan atau lahan tidur, kita secara langsung "meningkatkan ketersediaan pangan" bagi diri sendiri dan keluarga. Ini adalah wujud kemandirian pangan di tingkat rumah tangga, sebuah benteng pertama menghadapi gejolak harga pasar. Lebih dari itu, kata Irfendi, menanam sendiri berarti "menghemat biaya" belanja dapur yang bisa dialihkan untuk kebutuhan lain, menciptakan efisiensi rumah tangga yang patut diperhitungkan.

Namun, manfaatnya tak berhenti pada urusan perut dan dompet. Sebuah taman sederhana di lahan kosong, menurut Irfendi Arbi, adalah kontributor vital bagi lingkungan. Tanaman-tanaman hijau bekerja tanpa henti "meningkatkan kualitas udara" dengan menyerap karbon dioksida dan memproduksi oksigen segar. Aktivitas menanam dan merawatnya pun punya dampak luar biasa pada jiwa. Di tengah hiruk pikuk kehidupan modern, berkebun bisa menjadi oase ketenangan, sebuah cara ampuh "mengurangi stres" dan menemukan kembali koneksi dengan alam. "Ini bukan hanya soal panen, ini tentang proses yang menenangkan," tuturnya. Lebih jauh lagi, praktik sederhana ini secara bertahap "meningkatkan kesadaran lingkungan" dan mempromosikan gaya hidup yang lebih berkelanjutan, berakar pada bumi yang kita pijak.

"Dengan menanam berbagai macam kebutuhan sehari-hari di lahan kosong, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih seimbang dan meningkatkan kualitas hidup," ajaknya penuh semangat.

Tetapi visi Irfendi Arbi tak berhenti di daratan. Ia juga melihat potensi besar di lahan yang bisa dialiri air. "Mari makan ikan, baik untuk kesehatan," serunya. Ia mengajak masyarakat untuk melirik lahan-lahan telantar di sekitar dan berimajinasi. "Kita fungsikan lahan terlantar di sekitar kita... Jadikan kolam, tanam tanaman yang bermanfaat untuk ketahanan pangan keluarga… dan Mendukung Ketahanan Pangan Nasional."

Menciptakan kolam ikan di lahan kosong adalah langkah diversifikasi sumber pangan yang cerdas. Kolam ikan, jelas Irfendi Arbi, dapat menjadi "sumber makanan yang segar dan sehat bagi keluarga." Ikan adalah protein berkualitas yang mudah diakses jika dibudidayakan sendiri. Manfaatnya pun meluas. Sama seperti berkebun, merawat ikan dan sekadar mengamati mereka berenang di kolam bisa menjadi "aktivitas yang menenangkan dan mengurangi stres." Ada kedamaian tersendiri dalam gemericik air dan gerakan tenang ikan.

Kolam ikan juga bisa menjadi laboratorium hidup di halaman rumah. "Pendidikan," sebut Irfendi. Kolam ikan menawarkan sarana belajar nyata bagi anak-anak tentang ekosistem air, biologi ikan, siklus kehidupan, dan yang terpenting, tanggung jawab memelihara makhluk hidup. Tak bisa dipungkiri pula, dari sudut pandang estetika, kolam ikan dengan tanaman air dan mungkin gemericik air terjun mini, dapat menjadi "elemen dekoratif yang indah dan menarik di rumah atau taman," menciptakan suasana yang mengundang "Relaksasi" hanya dengan memandangnya.

Dalam pandangan Irfendi Arbi, memiliki kolam ikan bukanlah sekadar hobi, melainkan penambahan berharga bagi kualitas hidup. Ini adalah integrasi harmonis antara produksi pangan, kesejahteraan mental, pendidikan, dan keindahan.

Secara keseluruhan, pesan Irfendi Arbi jelas dan menggugah: jangan biarkan lahan di sekitar kita menganggur. Baik itu sepetak kecil di halaman belakang untuk sayuran atau sudut telantar yang bisa diubah menjadi kolam ikan, setiap usaha pemanfaatan adalah kontribusi nyata. Ini adalah langkah kolektif menuju kemandirian pangan keluarga, peningkatan kualitas lingkungan, kesejahteraan pribadi, dan pada akhirnya, penguatan ketahanan pangan nasional. Sebuah visi sederhana yang berakar pada bumi, namun berdampak luas bagi kehidupan. (And) 


Topik Terkait

Baca Juga :